Agar Kerja Berharga Hingga ke Surga
Work
with purpose.
Di
pintu akhirat, Malaikat bertanya pada seorang yang belum lama meninggal dunia,
“Apa pekerjaanmu di dunia?” Lelaki itu menjawab, “Sopir metro mini,
Pak.”
Lalu malaikat memberikan tempat istirahat yang mewah, kasur empuk, dan
peralatan yang semuanya terbuat dari emas.
Lalu malaikat berpaling pada seorang lainnya, dan bertanya
hal yang sama.
Lelaki
itu menjawab, “Saya pimpinan perusahaan sekaligus penceramah.” Lalu
malaikat
memberikannya kamar yang kecil dan sederhana.
Seketika
ia protes kepada malaikat, “Mengapa saya kalah dengan sopir metro
mini
itu?” Dengan santai malaikat menjawab, “Waktu ceramah, engkau
membuat
orang-orang mengantuk. Sedangkan dia kalau bawa mobil sambil
ngebut
membuat orang-orang berdoa.”
Hehe.
Hanya cerita jenaka.
Saya sering bertanya kepada audiens ketika training atau
seminar, berapa
banyak
waktu yang kita pakai untuk bekerja? Sebagian besar kita bekerja 8-10
jam
sehari. Berarti hampir 1/3 waktu kita habis di waktu kerja. Alangkah
ruginya
kita, jika demikian besar waktu kita pakai bekerja itu tidak
menghasilkan
tabungan amal untuk menuju surga.
Bandingkan dengan waktu yang kita pakai untuk menunaikan
sholat dalam
sehari
atau untuk menjalankan ibadah mahdhoh lainnya. Jika
kita sholat plus
dzikir rata-rata 15-20 menit setiap waktu sholat, berarti hanya 100 menit
kita
luangkan
waktu untuk sholat. Apakah Anda yakin bahwa kita ibadah itu cukup
untuk
bekal menuju surga?
Lantas bagaimana agar kerja kita bernilai ibadah? Semua berawal
dari niat. Niat
adalah
pondasi paling mendasar dari semua aktivitas kita. Akan jadi ibadah atau
tidaknya
kerja kita, semua tergantung dari niat kita.
Allah mengajarkan kita untuk doa yang sempurna:
Dan
diantara mereka ada yang berdoa, ”Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan
di
dunia, kebaikan di akhirat, dan lindungi kami dari api neraka.” (QS. 2:201).
Itulah
yang saya sebut dengan purpose. Pondasi
utama dalam bangunan amal.
Niat,
tujuan atau juga visi hidup adalah dasar paling penting dalam memilih
profesi.
Profesi apa yang paling tepat, yang akan mendukung tujuan hidup kita
yang
utama. Tentu saja tujuan hidup bagi orang beragama tidak hanya tujuan di
dunia,
namun juga tujuan hakiki kita, tujuan akhirat.
Contohnya, saya punya visi akhirat 'mati syahid
dan masuk surga tanpa hisab', maka
profesi
pilihan saya haruslah mendukung visi hidup ini. Dengan demikian
pekerjaan
saya seharusnya pula menjadi sarana untuk mencapai visi hidup
tersebut.
Inilah yang saya sebut dengan work with
purpose. Work on mission.
Purpose, bukan hanya
tentang harta, bukan tentang dunia. Tapi ini tentang citacita besar manusia.
Karya sangat dipengaruhi oleh seberapa besar niat kita.
Awali
semua berdasarkan kesadaran: siapa kita, untuk apa kita ada dan mau
kemana
kita akhirnya?
Siapa kita, adalah proses memahami jatidiri. Kita manusia,
diciptakan untuk dua
tugas
mulia: beribadah dan menjadi khalifah, wakil Tuhan di dunia. Jadi kerja
(maisyah) adalah bagian
pendukung dari tugas utama. Mencari nafkah agar bisa
menjalankan
tugas utama.
Sebagai khalifah, kita berperan untuk jadi agen perubah,
menyeru manusia pada
kehidupan
fitrah, menjunjung iman dan menyebarkan kedamaian. Sebagai
khalifah,
pekerjaan kita sekaligus menjadi sarana dakwah, mengajak manusia
menuju
hidayah. Sehingga setiap bertemu orang menjadikan hatinya tergugah,
tercerahkan
dengan kebaikan dan kebenaran yang selalu ia tebarkan.
Mau kemana pada akhirnya? Ah, kita sudah tahu jawabannya, semua manusia
pasti
akhirnya mati. Namun yang esensi adalah bagaimana setelah mati? Hanya
ada pilihan, surga tempat yang tinggi, atau neraka yang
membara penuh siksa.
Kita
yakini itu semua. Orang waras tentu tahu mana yang menjadi pilihannya.
Jika
sudah begitu, apakah ada lagi tujuan lainnya?
Jadi
sepakat dengan saya, ya. Bekerja, tujuannya adalah menjadi sarana untuk
booking
rumah di surga. Beli kapling untuk tempat tinggal kita abadi dalam
bahagia.
Work with passion.
Faktor
kedua yang akan menjadikan pekerjaan kita sebagai wasilah atau sarana
untuk
mengumpulkan amal menuju surga adalah jika kita mencintai profesi
tersebut.
Pekerjaan yang sesuai dengan passion kita.
Jika bekerja sesuai dengan passion, kita merasa enjoy dalam
menekuni profesi.
Passion
juga memungkinkan kita menjadi ahli (expert) dalam
bidang tersebut.
Dengan
demikian juga sangat memungkinkan kita mendapat penghargaan yang
layak
atas pekerjaan ini. Kita lebih dihargai.
Enjoy itu bekerja sesuai minat dan
kompetensi, sehingga selalu menikmati setiap
jenak
pekerjaannya, senang melakukan tanpa paksaan, rela berkorban untuk
menjalankannya.
Karena enjoy, maka ia
menikmati, karena menikmati dengan senang ia selalu
berusaha
upgrade diri, meningkatkan kompetensi, bertanya kepada yang lebih
ahli.
Kemudian ia juga menjadi ahli. Menjadi expert!
Dan seorang ahli selalu memiliki nilai terpuji, bahkan kadang
tidak terukur
dengan
materi. Expert selalu dicari, jadi rujukan dan
dimintai pendapat jika ada
permasalahan.
Orang yang expert selalu sarat prestasi, jadi
referensi, mendapat
penghargaan
yang tinggi.
Bekerja
dengan passion, menjadikan kita mencintai profesi. Karena cinta,
menjadikan
kita ikhlas melakukannya. Ikhlas adalah faktor mahapenting untuk
menjadikan
pekerjaan sebagai bagian dari ibadah.
Inilah
work with passion...
Work with peak-performance.
Dan
faktor ketiga adalah tekad untuk memberikan hasil terbaik melalui profesi
kita.
Selalu bertekad menciptakan prestasi-prestasi. Sebagaimana sabda
Rasulullah
agar semua muslim bekerja dengan itqan, dengan
profesional.
Bekerja
dengan profesional ditunjukkan dengan performance kita dalam
bekerja.
Disini
dibutuhkan integrity dan ability. Integritas
adalah karakter unggul yang
membalut
profesionalisme kita. Kejujuran, ketaatan pada aturan, kemauan untuk
mengembangkan
diri dan mencipta prestasi.
Ability adalah kemauan dan kemampuan dalam
melakukan pekerjaan. Ability
meliputi skill, knowledge dan attitude terbaik
sebagai bekal kita untuk bekerja.
Dan
performance selalu diukur dengan result. Apa yang
kita hasilkan selama kita
bekerja,
periode demi periode.
Give the best get the best. Saya yakin
jika kita memberikan yang terbaik maka
kita
akan mendapatkan yang terbaik. Terbaik artinya tidak puas hanya dengan
hasil
baik. Apalagi hanya cukup, pas-pasan apalagi kurang. Berikan yang terbaik
maka
Allah akan membentangkan jalan.
If there is will, there is a way. Dimana ada
keinginan akan ada jalan. Man jadda
wajada. Mengapa harus setengah hati untuk melakukan yang
terbaik? Bukankah
Allah
telah menjanjikan untuk memberi jalan bagi orang-orang yang benar-benar
berniat
untuk berjihad di jalan-Nya?
Orang-orang terbaik selalu meninggalkan jejak terbaik. Apapun
alasannya
tatkala
harus berganti tempat kerja, apakah pindah perusahaan atau berhenti
karena
tiba waktunya pensiun atau mungkin juga beralih profesi untuk mengejar
passion-nya,
maka syarat paling penting adalah meninggalkan jejak prestasi.
Tinggalkan
jejak terbaik, sehingga kelak Anda dikenang sebagai pemenang,
bukan
pecundang.
Orang
yang ingin menjadikan pekerjaannya sebagai bagian dari ibadah, sebagai
sarana
menuju surga, haruslah menunjukkan prestasi terbaik dalam bekerja.
Work
with peak performance.
Jadi ada tiga hal yang paling penting agar kerja berbuah
surga: purpose, passion
dan performance. Semua itu kita jalankan dengan
keikhlasan, hanya Allah lah
sebagai
puncak ketulusan dan tujuan utama atas semua pencapaian kita dalam
bekerja.
Pencapain itu pada akhirnya bermuara pada tujuan hidup,
bahagia dunia,
bahagia
di akhirat. Pencapain seperti itu hanya bisa diraih oleh orang yang
memiliki
daya juang, semangat yag terus menyala, stabilitas mental dan
kemantapan
iman. Sebuah pencapaian yang hanya bisa diraih dengan
terintegrasinya
semua potensi. Cerdasnya hati.