Begitu kata
salah seorang guru bisnis saya, Coach Dr. Fahmi. Setelah dipikir-pikir ternyata
memang benar. Kekuatan Cinta sungguh luar biasa.
Banyak kisah cinta yang melegenda. Taj Mahal di
India adalah salah satunya. Seluruh bangunan yang terletak di kota Agra itu
terbuat dari marmer berkualitas tinggi. Bahkan bagian-bagian dari dindingnya
bertahtakan berlian. Wah! Bangunan ini merupakan bukti cinta dari seorang
Kaisar Moghul bernama Shah Jehan kepada istrinya Mumtaz. Si kaisar ingin
mempersembahkan monumen cinta yang abadi kepada sang istri, yang kebetulan
lebih dulu meninggalkannya. Tampak di sini betapa kokoh cintanya kepada sang
istri.
Sayako, satu-satunya putri kaisar Jepang,
memutuskan untuk menikah dengan seorang rakyat jelata pada akhir tahun 2005.
Putri dengan nama panggilan tidak resmi Nori itu terpaksa meninggalkan keluarga
kekaisaran dan menanggalkan gelar putri kaisar, karena ia memilih seseorang
yang bukan dari kalangan bangsawan menjadi pendamping hidupnya. Demi cinta,
Nori rela melepaskan berbagai keistimewaan serta kemewahan. Demi cinta, Nori
pun rela menjadi rakyat biasa.
Tidaklah salah apabila Jalaludin Rumi
pernah mengungkapkan bahwa cinta itu tak ubahnya seperti misteri. Lanjutnya,
cinta adalah samudera yang tak terukur kedalamannya. Ia tak dapat digali
melalui buku-buku ilmu pengetahuan. Ia juga tak dapat tercakup dalam
pembicaraan atau pendengaran manusia. Wow!
Oleh sebab itu, di sini saya tidak
akan mendefinisikan cinta karena kami kuatir itu akan mereduksi kedalamannya.
Kali ini Saya hanya akan mencermati senyawa-senyawa yang selalu terkandung
dalam sebuah cinta. Erich Fromm, murid kesayangan sesepuh psikologi Sigmund
Freud menyebutkan empat senyawa mutlak, yaitu perhatian (care), tanggung-jawab (responsibility),
hormat (respect) dan pengetahuan (knowledge).
Ketika kita sudah mencintai karir atau
bisnis, maka kita tidak akan kepikiran
lagi untuk menyia-nyiakan, apalagi meninggalkan karir atau bisnis tersebut. Iya
‘kan? Alih-alih menelantarkan, malah Anda akan bersikap penuh perhatian (care) dan penuh tanggung-jawab (responsibility) atas karir atau bisnis
Anda. Teringin pula Anda menghasilkan yang terbaik. Betul begitu?
Sejenak, amatikanlah figur-figur yang
membidani karya-karya luar biasa di dunia. Hampir dapat dipastikan mereka
memiliki motivasi yang menakjubkan. Nah, bila ditelusuri lebih lanjut, dari
mana sih motivasi itu berasal? Yap! Gampang ditebak, motivasi itu tertular dan
berakar dari cinta.
Dalam kerangka yang positif, dorongan cinta
terhadap keluarga dapat membangkitkan motivasi seseorang, sehingga ia sanggup
menuntaskan pekerjaan, bahkan mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa.
Namun jangan salah! Dalam bingkai yang negatif, ia juga bisa terpeleset dalam
jurang kehinaan. Tidak terbilang suami yang sukses lantaran cintanya terhadap
istri, anak dan keluarganya. Ironisnya, tidak sedikit pula suami yang terseret
kasus korupsi karena alasan yang serupa.
Kesimpulannya, cinta itu memang indah. Mencintai
itu memang lumrah. Akan tetapi, tidaklah boleh kita semata-mata mengatasnamakan
cinta untuk melegalkan atau menghalalkan sesuatu. Tak pelak lagi kuncinya
adalah kepekaan nurani. Bahkan kalau perlu, tanyakanlah terlebih dahulu kepada
Yang Maha Menaburkan Cinta di hati setiap manusia. Apa kata-Nya? Apa
kehendak-Nya? Saya yakin, dengan adanya semaian cinta dari-Nya, dari keluarga,
dari sahabat, dan dari diri kita sendiri, niscaya hidup kita akan ‘makin hidup’
serta lebih mudah dan lebih terarah untuk menggapai kejayaan yang sejati. []