Seorang guru saya menceritakan kisah nyata tentang anak bungsunya. Beliau dikarunia seorang putra yang memiliki keterbatasan. Hingga umur 4 tahun belum lancar bicara. Bahkan pengucapan vokalnya masih sangat terbatas. Beliau dengan sabar merawat, membawa ke dokter dan berbagai pengobatan dan terapi agar putra beliau bisa bicara dengan jelas.
Namun sebuah keajaiban terjadi. Dalam waktu enam bulan, putra beliau bisa bicara dengan lancar. Bahkan dokter yang biasa merawatnya juga kaget.
"Bapak bawa ke Singapura ya? atau ke Australia?" tanya dokter kepada guru saya itu.
"Tidak. Saya mengobatinya dengan cinta, dan memastikan hanya kalimat positif yang didengar oleh anak saya. Alhamdulillah Allah menjadikan anak saya bisa bicara." Jawab beliau kepada dokter itu.
Apa yang dilakukan oleh Guru saya itu?
Ternyata sejak 6 bulan sebelumnya, beliau memastikan kepada seluruh anggota keluarga, dan semua orang yang tinggal atau menginap di rumah itu, harus membaca doa dan meniupkan pada segelas air putih yang telah disiapkan sebelum mereka tidur. Air itu akan diminum oleh mas Ijul, putra guru saya itu. Dan mereka juga harus memeluk dan mendoakan mas Ijul, mengucapkan kalimat positif kepadanya.
Ternyata sungguh luar biasa. Doa dan ucapan positif itu berdampak nyata pada perubahan mas Ijul.
Saya teringat dengan sebuah buku yang saya baca bertahun-tahun lalu, The True Power of Water.
Dalam buku
yang ditulis Masaru Emoto didapatkan fakta yang menarik. Menurutnya, 70 persen bagian dari tubuh manusia terdiri dari air. Lalu kenapa dengan air?
Di buku tersebut dibahas banyak tentang keajaiban air. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Jepang disebutkan bahwa air ternyata memiliki tampilan yang beraneka ragam ketika dilihat dari mikroskop. Yang menarik adalah bahwa ketika dibuat perbandingan antara air yang diberikan ungkapan positif kepadanya dan air yang diberikan ungkapan negatif ternyata sangat berbeda ketika diteliti dengan alat pembesar itu. Yang satu memiliki penampang atau wujud yang sangat cantik gemerlap seperti permata dan yang satunya lagi bentuknya buruk seperi wajah yang kusam.
Disebutkan disana bahwa kata-kata yang positif adalah seperti ucapan doa, diberikan penghargaan dan lainnya sedangkan kata-kata negatif contohnya umpatan atau celaan.
Ada lagi percobaan yang dilakukan dengan menempatkan air putih pada dua gelas yang berbeda. Satu gelasnya setiap hari dituliskan “terima kasih” dan diucapkan ke dalam air itu kata yang ditulis tersebut. Satu gelas lagi ditulis kata-kata umpatan dan tiap hari juga diucapkan kata-kata yang ditulis tersebut. Ternyata air yang satu lebih tahan lama dan yang satunya lagi cepat menjadi keruh.
Ini memang penelitian yang fenomenal dan memberikan pelajaran yang cukup banyak. Jika air memiliki keajaiban seperti itu, sedangkan manusia sebagian besar dalam jasadnya berisi air, maka suatu hal yang sangat realistis ketika kita dapati ternyata manusia juga menyukai ungkapan positif yang berupa pujian, penghargaan dan sejenisnya. Sebaliknya kita tidak menyukai ungkapan yang negatif seperti celaan dan ungkapan sejenis.
Namun sebuah keajaiban terjadi. Dalam waktu enam bulan, putra beliau bisa bicara dengan lancar. Bahkan dokter yang biasa merawatnya juga kaget.
"Bapak bawa ke Singapura ya? atau ke Australia?" tanya dokter kepada guru saya itu.
"Tidak. Saya mengobatinya dengan cinta, dan memastikan hanya kalimat positif yang didengar oleh anak saya. Alhamdulillah Allah menjadikan anak saya bisa bicara." Jawab beliau kepada dokter itu.
Apa yang dilakukan oleh Guru saya itu?
Ternyata sejak 6 bulan sebelumnya, beliau memastikan kepada seluruh anggota keluarga, dan semua orang yang tinggal atau menginap di rumah itu, harus membaca doa dan meniupkan pada segelas air putih yang telah disiapkan sebelum mereka tidur. Air itu akan diminum oleh mas Ijul, putra guru saya itu. Dan mereka juga harus memeluk dan mendoakan mas Ijul, mengucapkan kalimat positif kepadanya.
Ternyata sungguh luar biasa. Doa dan ucapan positif itu berdampak nyata pada perubahan mas Ijul.
Saya teringat dengan sebuah buku yang saya baca bertahun-tahun lalu, The True Power of Water.
Dalam buku
yang ditulis Masaru Emoto didapatkan fakta yang menarik. Menurutnya, 70 persen bagian dari tubuh manusia terdiri dari air. Lalu kenapa dengan air?
Di buku tersebut dibahas banyak tentang keajaiban air. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Jepang disebutkan bahwa air ternyata memiliki tampilan yang beraneka ragam ketika dilihat dari mikroskop. Yang menarik adalah bahwa ketika dibuat perbandingan antara air yang diberikan ungkapan positif kepadanya dan air yang diberikan ungkapan negatif ternyata sangat berbeda ketika diteliti dengan alat pembesar itu. Yang satu memiliki penampang atau wujud yang sangat cantik gemerlap seperti permata dan yang satunya lagi bentuknya buruk seperi wajah yang kusam.
Disebutkan disana bahwa kata-kata yang positif adalah seperti ucapan doa, diberikan penghargaan dan lainnya sedangkan kata-kata negatif contohnya umpatan atau celaan.
Ada lagi percobaan yang dilakukan dengan menempatkan air putih pada dua gelas yang berbeda. Satu gelasnya setiap hari dituliskan “terima kasih” dan diucapkan ke dalam air itu kata yang ditulis tersebut. Satu gelas lagi ditulis kata-kata umpatan dan tiap hari juga diucapkan kata-kata yang ditulis tersebut. Ternyata air yang satu lebih tahan lama dan yang satunya lagi cepat menjadi keruh.
Ini memang penelitian yang fenomenal dan memberikan pelajaran yang cukup banyak. Jika air memiliki keajaiban seperti itu, sedangkan manusia sebagian besar dalam jasadnya berisi air, maka suatu hal yang sangat realistis ketika kita dapati ternyata manusia juga menyukai ungkapan positif yang berupa pujian, penghargaan dan sejenisnya. Sebaliknya kita tidak menyukai ungkapan yang negatif seperti celaan dan ungkapan sejenis.
Kelurga, teman, bawahan, anak-anak kita, mereka adalah manusia. Mereka sama seperti kita sebagian besar tubuhnya terdiri dari air. Mereka juga sangat senang mendapatkan penghargaan. Mereka juga akan berbinar wajahnya ketika mendapat pujian.
Ungkapan positif akan membawa dampak yang luar biasa pada tubuh kita.
Guru saya itu telah membuktikan hasil penelitian Profesor Masaru Emoto.
Bagaimana dengan Anda?
Salam persahabatn.
Follow twitter saya @jumadisubur