Jumlah turnover karyawan meningkat tajam. Dulu hanya3-5% angka karyawan mengundurkan diri, sekarang mencapai angka 10-15%. Bukan hanya karena pindah kerja namun juga karywan berhenti (resign) untuk menekuni bisnisnya.
Karyawan yang pindah biasanya sudah memiliki pandangan untuk bekerja dimana. Namun yang memprihatinkan adalah bahwa hanya 10-20% karyawan berhenti yang berhasil menekuni profesi barunya. Awalnya mereka mengambil resign atau pensiun muda karena ingin menggunakan uang pesangon untuk modal usaha. Sayangnya mereka membuat kesalahan yang fatal. Berhenti tanpa perencanaan yang matang. Pengalaman saya di HRD menunjukkan 80% orang yang resign karena ingin wirausaha, gagal mengatur uangnya. Hanya dalam hitungan bulan, uang pesangonnya habis tanpa bekas.
Jika Anda adalah karyawan yang ingin mengubah haluan menjadi pebisnis, atau sedang merencanakan resign atau mengambil pensiun muda, maukah bernasib seperti 80% orang yang gagal tadi?
Bagaimana caranya?
Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah melakukan evaluasi, pekerjaan saat ini sudahkah sesuai dengan visi hidup kita atau belum. Seberapa enjoy kita dengan profesi saat ini, dan seberapa puas kita dengan perolehan hasilnya? Karena ciri-ciri pekerjaan yang sesuai passion adalah kita enjoy, hidup jadi bertumbuh dan mendapatkan penghargaan yang memuaskan atas kinerja. jika pekerjaan saat ini tidak sesuai dengan passion, perlu persiapan untuk shifting profesi.
Hal kedua yang perlu Anda lakukan adalah membuat positioning diri, akan jadi apa diri kita 5, 10 tahun atau pada akhir hidup kita nanti kita ingin dikenang sebagai apa? Apa kontribusi kita pada orang-orang yang kita cintai, apa legacy yang kita tinggalkan pada masyarakat. Positioning diri dapat dilakukan dengan mudah dengan 'starting from the end' seperti yang disebutkan Steven Covey dalam Seven Habits-nya. Ingin seperti apa akhir hidup kita.
Langkah ketiga adalah melakukan alignment antara passion dan positioning kita. Dari sini kita membuat rencana strategis dan teknis menuju masa depan kita. Rencana-rencana finansial, pertumbuhan personal (personal growth), family life, kontribusi social dan kehidupan spiritual seperti yang kita dambakan. Dengan mengikuti passion kita bisa melakukan pengaturan finansial (money management) hingga life management. Hingga akhirnya kita bisa memutuskan profesi apa yang paling tepat dengan kebutuhan finansial kita, menuju rencana-rencana hidup kita yang lebih besar.
Dari sini kita akan bisa memutuskan apakah tetap bekerja sebagai employee, menjadi self employee, pebisnis, investor atau menggabungkan 2 diantaranya atau bahkan keempatnya sekaligus.
Ketiga langkah ini: evaluating, positioning dan aligning adalah langkah bijak yang bisa kita lakukan agar selamat dari kesalahan fatal para resigner. Agar kita menjadi exiter yang sukses. Resign bukan hanya ikut-ikutan, bukan karena emosional apalagi hanya gara-gara perselisihan di tempat kerja.
Resign harus direncanakan matang, agar kita bisa berhenti disaat tepat, khusnul khotimah, bahagia ketika resign. Karena itu resign harus by design.
Salam Lebih baik,
@jumadisubur
www.tentangkarir.com
Karyawan yang pindah biasanya sudah memiliki pandangan untuk bekerja dimana. Namun yang memprihatinkan adalah bahwa hanya 10-20% karyawan berhenti yang berhasil menekuni profesi barunya. Awalnya mereka mengambil resign atau pensiun muda karena ingin menggunakan uang pesangon untuk modal usaha. Sayangnya mereka membuat kesalahan yang fatal. Berhenti tanpa perencanaan yang matang. Pengalaman saya di HRD menunjukkan 80% orang yang resign karena ingin wirausaha, gagal mengatur uangnya. Hanya dalam hitungan bulan, uang pesangonnya habis tanpa bekas.
Jika Anda adalah karyawan yang ingin mengubah haluan menjadi pebisnis, atau sedang merencanakan resign atau mengambil pensiun muda, maukah bernasib seperti 80% orang yang gagal tadi?
Bagaimana caranya?
Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah melakukan evaluasi, pekerjaan saat ini sudahkah sesuai dengan visi hidup kita atau belum. Seberapa enjoy kita dengan profesi saat ini, dan seberapa puas kita dengan perolehan hasilnya? Karena ciri-ciri pekerjaan yang sesuai passion adalah kita enjoy, hidup jadi bertumbuh dan mendapatkan penghargaan yang memuaskan atas kinerja. jika pekerjaan saat ini tidak sesuai dengan passion, perlu persiapan untuk shifting profesi.
Hal kedua yang perlu Anda lakukan adalah membuat positioning diri, akan jadi apa diri kita 5, 10 tahun atau pada akhir hidup kita nanti kita ingin dikenang sebagai apa? Apa kontribusi kita pada orang-orang yang kita cintai, apa legacy yang kita tinggalkan pada masyarakat. Positioning diri dapat dilakukan dengan mudah dengan 'starting from the end' seperti yang disebutkan Steven Covey dalam Seven Habits-nya. Ingin seperti apa akhir hidup kita.
Langkah ketiga adalah melakukan alignment antara passion dan positioning kita. Dari sini kita membuat rencana strategis dan teknis menuju masa depan kita. Rencana-rencana finansial, pertumbuhan personal (personal growth), family life, kontribusi social dan kehidupan spiritual seperti yang kita dambakan. Dengan mengikuti passion kita bisa melakukan pengaturan finansial (money management) hingga life management. Hingga akhirnya kita bisa memutuskan profesi apa yang paling tepat dengan kebutuhan finansial kita, menuju rencana-rencana hidup kita yang lebih besar.
Dari sini kita akan bisa memutuskan apakah tetap bekerja sebagai employee, menjadi self employee, pebisnis, investor atau menggabungkan 2 diantaranya atau bahkan keempatnya sekaligus.
Ketiga langkah ini: evaluating, positioning dan aligning adalah langkah bijak yang bisa kita lakukan agar selamat dari kesalahan fatal para resigner. Agar kita menjadi exiter yang sukses. Resign bukan hanya ikut-ikutan, bukan karena emosional apalagi hanya gara-gara perselisihan di tempat kerja.
Resign harus direncanakan matang, agar kita bisa berhenti disaat tepat, khusnul khotimah, bahagia ketika resign. Karena itu resign harus by design.
Salam Lebih baik,
@jumadisubur
www.tentangkarir.com