Beberapa hari ini saya mencermati laporan dari pekerja lapangan pada sebuah proyek di klien. Untuk crosscheck, saya coba melakukan survey secara random ke lapangan. Kebetulan pekerjaan ini terkait dengan maintenance site atau tower untuk pemancar sinyal telepon seluler. Ternyata saya mendapatkan banyak kejanggalan. Kondisi lapangan berbeda dengan yang di laporan.
Ketika melakukan klarifikasi kepada manager atau supervisor, jawabnya memang ada dugaan pemalsuan data yang dilakukan petugas lapangan. Sebagian ada yang hanya diisi dengan data karangan, bukan berdasarkan kondisi sebenarnya. Ada yang ditulis tanggal kunjungan padahal sudah sekian lama site tersebut tidak dikunjungi.
Hal serupa ternyata terjadi di tempat lain. Di bagian distribusi penjualan juga ditemukan hal yang sama. Daftar isian kunjungan ternyata hanya diisi data palsu yang dikira-kira saja oleh si canvaser.
Di tempat lain, ketika berbincang dengan supervisor penjualan di perusahaan lain, mereka juga bercerita hal yang sama. Pemalsuan data distriibusi, pengisian data penjualan yang asal-asalan atau isian daftar kunjungan yang hanya diisi secara asal, bukan berdasar data hasil kunjungan.
Dapat dibayangkan jika data laporan itu diolah lagi oleh para pengambil keputusan, bagaimana hasilnya? Tentu akan berbeda dengan yang seharusnya diharapkan. Gerbage input, Gerbage output.
Keputusan bisa salah total. Karena data yang dijadikan pertimbangan bukan data yang valid.
Di luar itu semua, ada hal yang paling mendasar, mengapa terjadi pemalsuan data? Mengapa terjadi ketidakjujuran?
Sudahkah begitu mengkhawatirkan kondisi masyarakat kita? Orang bekerja terbiasa dengan manipulasi data. Para pedagang terbiasa mengurangi timbangan. Petugas terbiasa menerima sogokan.
Dimanakah nilai kejujuran berada?
Salam persahabatan.
@jumadisubur
www.tentangkarir.com
Ketika melakukan klarifikasi kepada manager atau supervisor, jawabnya memang ada dugaan pemalsuan data yang dilakukan petugas lapangan. Sebagian ada yang hanya diisi dengan data karangan, bukan berdasarkan kondisi sebenarnya. Ada yang ditulis tanggal kunjungan padahal sudah sekian lama site tersebut tidak dikunjungi.
Hal serupa ternyata terjadi di tempat lain. Di bagian distribusi penjualan juga ditemukan hal yang sama. Daftar isian kunjungan ternyata hanya diisi data palsu yang dikira-kira saja oleh si canvaser.
Di tempat lain, ketika berbincang dengan supervisor penjualan di perusahaan lain, mereka juga bercerita hal yang sama. Pemalsuan data distriibusi, pengisian data penjualan yang asal-asalan atau isian daftar kunjungan yang hanya diisi secara asal, bukan berdasar data hasil kunjungan.
Dapat dibayangkan jika data laporan itu diolah lagi oleh para pengambil keputusan, bagaimana hasilnya? Tentu akan berbeda dengan yang seharusnya diharapkan. Gerbage input, Gerbage output.
Keputusan bisa salah total. Karena data yang dijadikan pertimbangan bukan data yang valid.
Di luar itu semua, ada hal yang paling mendasar, mengapa terjadi pemalsuan data? Mengapa terjadi ketidakjujuran?
Sudahkah begitu mengkhawatirkan kondisi masyarakat kita? Orang bekerja terbiasa dengan manipulasi data. Para pedagang terbiasa mengurangi timbangan. Petugas terbiasa menerima sogokan.
Dimanakah nilai kejujuran berada?
Salam persahabatan.
@jumadisubur
www.tentangkarir.com