Barangkali saat ini Anda seorang karyawan yang sedang memikirkan kemungkinan berganti haluan menjadi seorang wirausaha. Atau mungkin Anda akan menghadapi masa pensiun, padahal tanggungan biaya kehidupan keluarga masih terus membayangi?
Memulai bisnis atau pekerjaan yang baru adalah suatu langkah cukup berat. Bagi yang terbiasa menjadi karyawan, kepastian memeroleh gaji bulanan merupakan hal biasa. Akan tetapi, jika memulai usaha sendiri tidak ada jaminan mendapat keuntungan. Akan tetapi, jika kita bisa melewati hari-hari berat dalam memulai bisnis, terbentang kesempatan mendapat sukses besar di kemudian hari.
Hasil penelitian menyebutkan, seorang wirausaha jika berhasil melewati tahun ketiga dengan selamat sejak dia mengawali bisnisnya, kemungkinan untuk terus bertahan dan berkembang akan lebih terbuka.
Sebelum memulai menjadi seorang wirausaha, ada baiknya kita mengevaluasi seluruh kekuatan dan kelemahan kita sebagai calon pemilik suatu usaha
”Saya ingin punya waktu untuk memerhatikan pertumbuhan anak. Karena itu, saya memilih berhenti bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan konsultan dan memulai usaha membuat peralatan dan paket pesta anak," kata Lena S Gerstenfeld, pemilik Lisa Toys Handmade.
Perempuan pengusaha bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Bahkan pada masa Kerajaan Majapahit pun aktivitas perempuan sebagai pengusaha sudah dicatat dalam prasasti. Saat ini pun kita melihat sejumlah perempuan yang menjadi pengusaha tangguh, mulai dari yang berskala besar seperti Martha Tilaar dan Mooryati Soedibyo, sampai yang berskala kecil dan menengah hingga yang berskala mikro seperti pembuat dan penjual jamu gendong. Data Badan Pusat Statistik dalam Indikator Sosial Wanita Indonesia 1999 memperlihatkan bahwa di Jakarta terdapat 25 persen perempuan berusia kerja yang pekerjaan utamanya adalah berusaha.
Alasan mereka berwiraswasta beragam. Ada yang karena memenuhi kebutuhan rumah tangga yang tidak bisa dicukupi hanya dari penghasilan suami, karena merasa memiliki keterampilan, bisa juga karena ingin menjadi bos bagi diri sendiri. Saat mulai memasuki dunia usaha pun bermacam-macam. Ada yang segera setelah menyelesaikan pendidikan formal, ada yang menjadi pengusaha karena merasa tempatnya bekerja tidak memberi kepuasan finansial maupun aktualisasi diri, ada juga yang menjelang tengah baya sebab peluang melakukan bisnis baru datang setelah melalui berbagai pengalaman di tempat kerja atau organisasi sosial.
Ketika banyak orang belum mempunyai pekerjaan tetap, bahkan sarjana pun masih banyak yang menganggur, sebagian orang justru meninggalkan pekerjaannya. Meski jumlahnya kecil, namun keberanian mereka cabut menjadi orang gajian seharusnya mampu menjadi inspirasi bagi mereka yang belum mendapat pekerjaan atau mereka yang sudah bekerja tapi merasa belum mapan. Menciptakan pekerjaan atau menjadi bos diri sendiri lebih baik ketimbang mencari pekerjaan atau bekerja pada orang lain.
Di dunia maya tentu tidak asing lagi nama Isnaini, yang mundur dari pekerjaannya untuk menekuni dunia blog. Kemudian ada nama Budi Putra seorang wartawan majalah Tempo yang mengundurkan diri untuk menjadi blogger profesional. Selain itu ada Nukman Luthfie yang menjadi pebisnis online setelah mundur dari pekerjaannya.
Memiliki kebebasan, baik waktu maupun finansial adalah alasan yang banyak dikemukakan oleh mereka yang mundur dari pekerjaan tetapnya. Mereka ini yakin bahwa salah satu jalan untuk mencapainya adalah dengan menjadi pengusaha atau bos diri sendiri. Maka tidaklah aneh jika banyak eksekutif yang juga melakukannya. Sebut saja Herman Then Kek Khian yang mundur sebagai salah satu petinggi Mobile-8. Lalu, Ananto Pratikno mundur dari jabatan Direktur Eksekutif Nielsen Media Research, dan memilih menjadi pewaralaba GwGuyur; sebuah waralaba pencucian sepeda motor.
Andapun masih bisa mendapatkan banyak contoh orang-orang yang sudah mapan dalam pekerjaannya, namun justru mundur untuk memulai bisnis mereka sendiri. Seorang guru bahkan memberikan petuah “Jangan menggantungkan nasibmu pada kemurahan hati orang lain. Sandarkan hidupmu pada kemampuanmu sendiri. Berkatalah pada diri sendiri : if it is up to be, it is up to me“.
Banyak buku yang berhasil ‘memprovokasi’ ornag lain untuk menjalani bisnis sendiri tanpa memiliki ketergantungan kepada ornag lain. Valentino Dinsi dengan ‘Jangan Mau Seumur Hidup Menjadi Orang Gajian’ atau Anda bisa membaca buku saya ’Sukses Tanpa Majikan’ atau ratusan bahkan mungkin ribuan buku lain yang bisa Anda jadikan referensi. Intinya adalah kesuksesan tidak harus memiliki ketergantungan kepada orang lain.
Carilah jalan Anda sendiri. Tentukan cara Anda untuk Sukses![]
Memulai bisnis atau pekerjaan yang baru adalah suatu langkah cukup berat. Bagi yang terbiasa menjadi karyawan, kepastian memeroleh gaji bulanan merupakan hal biasa. Akan tetapi, jika memulai usaha sendiri tidak ada jaminan mendapat keuntungan. Akan tetapi, jika kita bisa melewati hari-hari berat dalam memulai bisnis, terbentang kesempatan mendapat sukses besar di kemudian hari.
Hasil penelitian menyebutkan, seorang wirausaha jika berhasil melewati tahun ketiga dengan selamat sejak dia mengawali bisnisnya, kemungkinan untuk terus bertahan dan berkembang akan lebih terbuka.
Sebelum memulai menjadi seorang wirausaha, ada baiknya kita mengevaluasi seluruh kekuatan dan kelemahan kita sebagai calon pemilik suatu usaha
”Saya ingin punya waktu untuk memerhatikan pertumbuhan anak. Karena itu, saya memilih berhenti bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan konsultan dan memulai usaha membuat peralatan dan paket pesta anak," kata Lena S Gerstenfeld, pemilik Lisa Toys Handmade.
Perempuan pengusaha bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Bahkan pada masa Kerajaan Majapahit pun aktivitas perempuan sebagai pengusaha sudah dicatat dalam prasasti. Saat ini pun kita melihat sejumlah perempuan yang menjadi pengusaha tangguh, mulai dari yang berskala besar seperti Martha Tilaar dan Mooryati Soedibyo, sampai yang berskala kecil dan menengah hingga yang berskala mikro seperti pembuat dan penjual jamu gendong. Data Badan Pusat Statistik dalam Indikator Sosial Wanita Indonesia 1999 memperlihatkan bahwa di Jakarta terdapat 25 persen perempuan berusia kerja yang pekerjaan utamanya adalah berusaha.
Alasan mereka berwiraswasta beragam. Ada yang karena memenuhi kebutuhan rumah tangga yang tidak bisa dicukupi hanya dari penghasilan suami, karena merasa memiliki keterampilan, bisa juga karena ingin menjadi bos bagi diri sendiri. Saat mulai memasuki dunia usaha pun bermacam-macam. Ada yang segera setelah menyelesaikan pendidikan formal, ada yang menjadi pengusaha karena merasa tempatnya bekerja tidak memberi kepuasan finansial maupun aktualisasi diri, ada juga yang menjelang tengah baya sebab peluang melakukan bisnis baru datang setelah melalui berbagai pengalaman di tempat kerja atau organisasi sosial.
Ketika banyak orang belum mempunyai pekerjaan tetap, bahkan sarjana pun masih banyak yang menganggur, sebagian orang justru meninggalkan pekerjaannya. Meski jumlahnya kecil, namun keberanian mereka cabut menjadi orang gajian seharusnya mampu menjadi inspirasi bagi mereka yang belum mendapat pekerjaan atau mereka yang sudah bekerja tapi merasa belum mapan. Menciptakan pekerjaan atau menjadi bos diri sendiri lebih baik ketimbang mencari pekerjaan atau bekerja pada orang lain.
Di dunia maya tentu tidak asing lagi nama Isnaini, yang mundur dari pekerjaannya untuk menekuni dunia blog. Kemudian ada nama Budi Putra seorang wartawan majalah Tempo yang mengundurkan diri untuk menjadi blogger profesional. Selain itu ada Nukman Luthfie yang menjadi pebisnis online setelah mundur dari pekerjaannya.
Memiliki kebebasan, baik waktu maupun finansial adalah alasan yang banyak dikemukakan oleh mereka yang mundur dari pekerjaan tetapnya. Mereka ini yakin bahwa salah satu jalan untuk mencapainya adalah dengan menjadi pengusaha atau bos diri sendiri. Maka tidaklah aneh jika banyak eksekutif yang juga melakukannya. Sebut saja Herman Then Kek Khian yang mundur sebagai salah satu petinggi Mobile-8. Lalu, Ananto Pratikno mundur dari jabatan Direktur Eksekutif Nielsen Media Research, dan memilih menjadi pewaralaba GwGuyur; sebuah waralaba pencucian sepeda motor.
Andapun masih bisa mendapatkan banyak contoh orang-orang yang sudah mapan dalam pekerjaannya, namun justru mundur untuk memulai bisnis mereka sendiri. Seorang guru bahkan memberikan petuah “Jangan menggantungkan nasibmu pada kemurahan hati orang lain. Sandarkan hidupmu pada kemampuanmu sendiri. Berkatalah pada diri sendiri : if it is up to be, it is up to me“.
Banyak buku yang berhasil ‘memprovokasi’ ornag lain untuk menjalani bisnis sendiri tanpa memiliki ketergantungan kepada ornag lain. Valentino Dinsi dengan ‘Jangan Mau Seumur Hidup Menjadi Orang Gajian’ atau Anda bisa membaca buku saya ’Sukses Tanpa Majikan’ atau ratusan bahkan mungkin ribuan buku lain yang bisa Anda jadikan referensi. Intinya adalah kesuksesan tidak harus memiliki ketergantungan kepada orang lain.
Carilah jalan Anda sendiri. Tentukan cara Anda untuk Sukses![]