Ada satu hal yang membuatku kagum sekaligus penasaran, setiap bertemu dengan orang-orang hebat, baik itu tokoh bangsawan, ilmuwan, para pengusaha sukses, pimpinan perusahaan dan orang-orang hebat lainnya, aku mendapati mereka semua punya kebiasaan yang sama, belajar. Cobalah sebutkan nama satu orang yang Anda anggap sukses, lalu tanyakan apa kebiasannya, pasti seputaran membaca, belajar, ikut training, punya coach, ikut seminar dan sejenisnya. Demikian juga jika kita sempat singgah ke rumahnya, pasti banyak buku-buku kan?
Dan kesimpulan itu pula yang aku dapatkan ketika aku mengnujungi salah satu pengusaha di tetangga desa kami. Namanya Pak Muhith, biasa dipanggil Pak Haji. Orangnya masih muda, masih di bawah 40an tahun. Dia salah satu pengusaha sukses di kampung ini. Meski tinggal di pedesaan, namun produk usahanya telah merambah ke seluruh Indonesia. Dia produsen tas dengan skala produksi yang cukup besar. Bahkan Pak Haji ini telah mengembangkan 20 kelompok usaha sejenis di lingkuangan sekitar dengan pola bapak asuh.
Satu pelajaran yang aku dapatkan ketika berbincang-bincang menimba ilmu darinya adalah bahwa menurutnya semua orang sukses di dunia ini punya sebuah tradisi yang sama, yaitu tradisi belajar. Aku langsung memahami maksudnya, dan aku langsung bisa menyimpulkan penglihatanku yang tertuju pada judul-judul buku yang baru saja kemarin aku lihat di Gramedia, ingin kubeli...:) ternyata sudah menumpuk di meja kerjanya. Dan banyak lagi buku-buku best seller yang sudah berjajar di rak buku di belakangnya.
Apakah tradisi belajar itu?
Tradisi belajar adalah sebuah kesadaran untuk senantiasa berpikir bahwa apa yang kita pahami tidak pernah cukup.
Marilah kita telaah bersama, apa yang kita aplikasikan dalam pekerjaan sejak kita pertama kali bekerja hingga saat ini, adakah yang kita dapatkan di sekolah? Bahkan banyak hal dalam kehidupan yang tidak pernah diajarkan oleh guru kita di sekolah. Misalnya tentang keuangan. Sangats edikit ilmu tentang finansial yang kita pelajari di sekolah, padahal ilmu ini yang paling penting dalam kehidupan kita. Termasuk juga ilmu tentang pernikahan, mendidik anak, kepemimpinan, dan lain-lain. Tidak ada yang mengajarkan kita. Semua itu kita pelajari sendiri di luar kelas-kelas sekolah.
Sering kita dapati kenyataan dimana orang yang dulu berprestasi di sekolah ternyata tidak sukses dalam kehidupannya. Sebaliknya orang-orang yang semasa sekolahnya pas-pasan, karena kemampuan adaptasi yang baik malah bisa berhasil dalam karir dan bisnisnya. Ada pun mereka yang dulu di sekolah memiliki prestasi baik dan sukses dalam hidup juga bukan karena prestasi di sekolahnya, namun lebih kepada kemampuannya untuk belajar hal-hal baru dan beradaptasi.
Sudah menjadi kenyataan bahwa apa yang kita pelajari di sekolah, sangat sedikit yang kita terapkan dalam hidup sehari-hari. Justru lebih banyak pengetahuan dan ketrampilan itu kita dapatkan ketika kita menjalani hidup ini.
Oleh karena itu yang perlu dibangun sebenarnya adalah tradisi belajar.
Orang yang sukses berprestasi akademiknya, yang belum terbangun tradisi belajarnya, biasanya akan mengalami kemandekan belajar. Setelah belajar akademiknya selesai, selesai pula belajarnya. Kehidupan sehari-harinya tidak diisi dengan belajar suatu hal.Hasilnya, bsia jadi ia menemui kegamangan, ketidakpercayaan diri dan berujung pada kegagalan.
Tradisi belajarlah yang membedakan, mengapa ada pelajar yang sukses di kehidupan nyata, dan juga sebaliknya. Ada mantan atlit olahraga yang berprestasi saat bertanding, namun kacau kehidupannya setelah berhenti menjadi atlit. Ada orang yang hidupnya berkualitas dari waktu ke waktu, dan ada juga yang sebaliknya.
Apabila kita sukses memabngun tradisi belajar, maka pada saat-saat kita merenung dan mengevaluasi kehidupan yang kita tempuh, kita akan merasakan kepuasan-kepuasan. Kita akan mengingat kembali capaian-capaian yang telah kita tempuh dalam hidup. Sebaliknya, jika kita gagal menjadi manusia pembelajar, kehidupan kita hanya akan banyak dipenuhi penyesalan akan hal-hal yang belum kita lakukan.
Mari, kita bangun tradisi belajar.[]
Bersama saya @jumadisubur
Dan kesimpulan itu pula yang aku dapatkan ketika aku mengnujungi salah satu pengusaha di tetangga desa kami. Namanya Pak Muhith, biasa dipanggil Pak Haji. Orangnya masih muda, masih di bawah 40an tahun. Dia salah satu pengusaha sukses di kampung ini. Meski tinggal di pedesaan, namun produk usahanya telah merambah ke seluruh Indonesia. Dia produsen tas dengan skala produksi yang cukup besar. Bahkan Pak Haji ini telah mengembangkan 20 kelompok usaha sejenis di lingkuangan sekitar dengan pola bapak asuh.
Satu pelajaran yang aku dapatkan ketika berbincang-bincang menimba ilmu darinya adalah bahwa menurutnya semua orang sukses di dunia ini punya sebuah tradisi yang sama, yaitu tradisi belajar. Aku langsung memahami maksudnya, dan aku langsung bisa menyimpulkan penglihatanku yang tertuju pada judul-judul buku yang baru saja kemarin aku lihat di Gramedia, ingin kubeli...:) ternyata sudah menumpuk di meja kerjanya. Dan banyak lagi buku-buku best seller yang sudah berjajar di rak buku di belakangnya.
Apakah tradisi belajar itu?
Tradisi belajar adalah sebuah kesadaran untuk senantiasa berpikir bahwa apa yang kita pahami tidak pernah cukup.
Marilah kita telaah bersama, apa yang kita aplikasikan dalam pekerjaan sejak kita pertama kali bekerja hingga saat ini, adakah yang kita dapatkan di sekolah? Bahkan banyak hal dalam kehidupan yang tidak pernah diajarkan oleh guru kita di sekolah. Misalnya tentang keuangan. Sangats edikit ilmu tentang finansial yang kita pelajari di sekolah, padahal ilmu ini yang paling penting dalam kehidupan kita. Termasuk juga ilmu tentang pernikahan, mendidik anak, kepemimpinan, dan lain-lain. Tidak ada yang mengajarkan kita. Semua itu kita pelajari sendiri di luar kelas-kelas sekolah.
Sering kita dapati kenyataan dimana orang yang dulu berprestasi di sekolah ternyata tidak sukses dalam kehidupannya. Sebaliknya orang-orang yang semasa sekolahnya pas-pasan, karena kemampuan adaptasi yang baik malah bisa berhasil dalam karir dan bisnisnya. Ada pun mereka yang dulu di sekolah memiliki prestasi baik dan sukses dalam hidup juga bukan karena prestasi di sekolahnya, namun lebih kepada kemampuannya untuk belajar hal-hal baru dan beradaptasi.
Sudah menjadi kenyataan bahwa apa yang kita pelajari di sekolah, sangat sedikit yang kita terapkan dalam hidup sehari-hari. Justru lebih banyak pengetahuan dan ketrampilan itu kita dapatkan ketika kita menjalani hidup ini.
Oleh karena itu yang perlu dibangun sebenarnya adalah tradisi belajar.
Orang yang sukses berprestasi akademiknya, yang belum terbangun tradisi belajarnya, biasanya akan mengalami kemandekan belajar. Setelah belajar akademiknya selesai, selesai pula belajarnya. Kehidupan sehari-harinya tidak diisi dengan belajar suatu hal.Hasilnya, bsia jadi ia menemui kegamangan, ketidakpercayaan diri dan berujung pada kegagalan.
Tradisi belajarlah yang membedakan, mengapa ada pelajar yang sukses di kehidupan nyata, dan juga sebaliknya. Ada mantan atlit olahraga yang berprestasi saat bertanding, namun kacau kehidupannya setelah berhenti menjadi atlit. Ada orang yang hidupnya berkualitas dari waktu ke waktu, dan ada juga yang sebaliknya.
Apabila kita sukses memabngun tradisi belajar, maka pada saat-saat kita merenung dan mengevaluasi kehidupan yang kita tempuh, kita akan merasakan kepuasan-kepuasan. Kita akan mengingat kembali capaian-capaian yang telah kita tempuh dalam hidup. Sebaliknya, jika kita gagal menjadi manusia pembelajar, kehidupan kita hanya akan banyak dipenuhi penyesalan akan hal-hal yang belum kita lakukan.
Mari, kita bangun tradisi belajar.[]
Bersama saya @jumadisubur