Baru saja saya posting di blog ini sebuah puisi. Lalu ada pertanyaan mengapa posting puisi, bukan artikel? Dan itu memang pertanyaan yang saya nantikan...:)
Saya memang suka puisi. Dan setiap hari saya berusaha menuliskan satu buah puisi, kadang berupa puisi yang panjang dengan bahasa yang cukup indah, namun kadang hanya beberapa penggal kata, pendek, namun tentu saja punya makna. Dan saya juga pengagum karya-karya puisi. Koleksi buku-buku kumpulan puisi. Termasuk juga mem-follow beberapa akun puisi di twitter.
Dan saya juga menemukan dalam berbagai cerita, ternyata orang-orang sukses, para pahlawan dunia, tokoh-tokoh pengubah, sebagian besar adalah pengagum puisi. Bahkan mereka punya karya-karya fenomenal selama hidupnya. Mereka juga menyertakan bait-bait puisi dalam karya-karyanya. Salah satu tokoh yang saya kagumi, Hasan Al Banna, seorang pemikir Islam di Mesir, kabarnya menghafal lebih dari 1800 puisi semasa menyelesaikan pendidikan tingginya. Ahli tafsir terkenal, Sayyid Quthb yang menuliskan Tafsir Fii Dzilalil Quran juga menunjukkan kekuatan sastra yang luar biasa.
Bagaimana seorang Chairil Anwar dikenang dunia, hanya melalui bait-bait sastranya. Bahkan seorang komposer WR Supratman menjadi pahlawan karena buah karyanya menggubah lagu kebangsaan Indonesia Raya. Soekarno selain teknokrat dan politikus ulung, singa di panggung, adalah juga seorang pengagum sastra.
Apa hunungannya sastra bagi seorang profesional?
Apresiasi jiwa. Itulah salahsatunya.
Jiwa kita perlu sebuah keseimbangan. Juga keterjalinan emosi dengan kepekaan-kepekaan kepada situasi di sekitar kita. Sastra mengajarkan kita memiliki kedalaman batin, kepekaan, merasakan sentuhan alam, mendengarkan nurani kemanusiaan dan memahami harapan-harapan.
Puisi, atau sastra secara umum adalah instrumen yang membahasakan kelembutan jiwa. Puisi bisa memberikan inspirasi dalam memaknai pekerjaan, lebih dekat dengan perasaan-perasaan. Dan puisi juga hiburan jiwa. Puisi, bahkan satu hal penting yang harus diajarkan kepada anak-anak kita. Karena sastra dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani.
Jika Anda menemukan situasi jenuh, kebosanan atau sedang ada masalah di kantor. Sesekali coba bacalah puisi, bisa jadi itu salah satu cara untuk mengapresiasi jiwa. Itu sangat bermanfaat bagi Anda. Menghayati syair-syair lagu kesukaan Anda, juga salah satu caranya.
Dan bagi saya, puisi adalah salah satu cara menumbuhkan semangat untuk bangkit ketika bertemu saat-saat sulit. Seperti bait 'Aku' yang ditulis Chairil Anwar:
Luka dan bisa kubawa berlari
berlari
hingga hilang pedih perih
dan aku lebih tidak mau peduli
aku ingin hidup seribu tahun lagi
Puisi ini selalu saya baca untuk membangkitkan semangat ketika mulai mengendur. Setelah itu semangat saya kembali terkumpul, dan siap bertempur!
Berani mencoba?
Salam persahabatan!
Follow saya @JumadiSubur
Saya memang suka puisi. Dan setiap hari saya berusaha menuliskan satu buah puisi, kadang berupa puisi yang panjang dengan bahasa yang cukup indah, namun kadang hanya beberapa penggal kata, pendek, namun tentu saja punya makna. Dan saya juga pengagum karya-karya puisi. Koleksi buku-buku kumpulan puisi. Termasuk juga mem-follow beberapa akun puisi di twitter.
Dan saya juga menemukan dalam berbagai cerita, ternyata orang-orang sukses, para pahlawan dunia, tokoh-tokoh pengubah, sebagian besar adalah pengagum puisi. Bahkan mereka punya karya-karya fenomenal selama hidupnya. Mereka juga menyertakan bait-bait puisi dalam karya-karyanya. Salah satu tokoh yang saya kagumi, Hasan Al Banna, seorang pemikir Islam di Mesir, kabarnya menghafal lebih dari 1800 puisi semasa menyelesaikan pendidikan tingginya. Ahli tafsir terkenal, Sayyid Quthb yang menuliskan Tafsir Fii Dzilalil Quran juga menunjukkan kekuatan sastra yang luar biasa.
Bagaimana seorang Chairil Anwar dikenang dunia, hanya melalui bait-bait sastranya. Bahkan seorang komposer WR Supratman menjadi pahlawan karena buah karyanya menggubah lagu kebangsaan Indonesia Raya. Soekarno selain teknokrat dan politikus ulung, singa di panggung, adalah juga seorang pengagum sastra.
Apa hunungannya sastra bagi seorang profesional?
Apresiasi jiwa. Itulah salahsatunya.
Jiwa kita perlu sebuah keseimbangan. Juga keterjalinan emosi dengan kepekaan-kepekaan kepada situasi di sekitar kita. Sastra mengajarkan kita memiliki kedalaman batin, kepekaan, merasakan sentuhan alam, mendengarkan nurani kemanusiaan dan memahami harapan-harapan.
Puisi, atau sastra secara umum adalah instrumen yang membahasakan kelembutan jiwa. Puisi bisa memberikan inspirasi dalam memaknai pekerjaan, lebih dekat dengan perasaan-perasaan. Dan puisi juga hiburan jiwa. Puisi, bahkan satu hal penting yang harus diajarkan kepada anak-anak kita. Karena sastra dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani.
Jika Anda menemukan situasi jenuh, kebosanan atau sedang ada masalah di kantor. Sesekali coba bacalah puisi, bisa jadi itu salah satu cara untuk mengapresiasi jiwa. Itu sangat bermanfaat bagi Anda. Menghayati syair-syair lagu kesukaan Anda, juga salah satu caranya.
Dan bagi saya, puisi adalah salah satu cara menumbuhkan semangat untuk bangkit ketika bertemu saat-saat sulit. Seperti bait 'Aku' yang ditulis Chairil Anwar:
Luka dan bisa kubawa berlari
berlari
hingga hilang pedih perih
dan aku lebih tidak mau peduli
aku ingin hidup seribu tahun lagi
Puisi ini selalu saya baca untuk membangkitkan semangat ketika mulai mengendur. Setelah itu semangat saya kembali terkumpul, dan siap bertempur!
Berani mencoba?
Salam persahabatan!
Follow saya @JumadiSubur