Apa bedanya karyawan tipikal spiritualis dan karyawan tipikal pedagang ketika mengajukan pengunduran diri?
Karyawan Spiritualis
Karyawan : Assalamualaikum, pak boss, saya mau mengundurkan diri..
Bos : Apa alasanmu mengundurkan diri?
Karyawan : Yah, insyaAllah saya membutuhkan waktu untuk muhasabah, demi memperbaiki diri. Saya ini banyak dosa pak, saya ini hitam dan hina….saya terlalu sibuk bekerja, mengejar karier sampai seringkali lupa pada Allah SWT. Saya ini terjerembab dalam kesesatannn..….*mewek
Karyawan Tipe Pedagang
Karyawan : Pak, saya sudah bertekad untuk mengundurkan diri
Bos : Apa alasannya?
Karyawan : Ehm, sebab, kalau dihitung-hitung, bekerja di kantor ini, merugikan. Coba ya, saya digaji Rp 10 juta sebulan. Sementara, saya punya cicilan rumah Rp 3 juta. Kemudian cicilan mobil Rp 2 juta. Belum lagi ongkos bensin, makan dan biaya yang sedang saya kumpulkan untuk menikah. Lalu pak, ya, tabungan saya itu kan sudah otomatis dipotong Rp 1 juta/bulan untuk asuransi dan DPLK. Fasilitas kesehatan di kantor ini juga tidak cukup besar, saya sering nombok.... Ah pokoknya saya rugi deh pak…
He...kita awali dulu dengan senyum...:)
Anda berniat resign dari perusahaan tempat bekerja saat ini?
Seperti yang terjadi pada teman saya Jefry. Tiba-tiba ia sangat berambisi untuk resign. Katanya selama masih terus jadi karyawan dirinya tidak bisa berkembang. Satu-satunya jalan untuk bisa kaya adalah dengan menjadi pengusaha. Begitu alasannya. Dan dia sudah mulai menulis surat pengunduran dirinya. Dia menghitung pesangon yang akan didadaptkan disipakan untuk membuka bisnis yang diidamkannya.
Aku juga bingung kenapa temanku jadi tiba-tiba seperti ini. Apa karena minggu lalu ia ikut seminar Entrepreneurship ya...di meja kerjanya juga ada beberapa buku tentang bisnis dan wirausaha, tentang franchise, dan banyak buku motivasi.
Benarkah orang-orang yang berhenti bekerja untuk berbisnis akan sukses seperti yang diinginkan? Pernahkah Anda bertemu orang yang awalnya semangat untuk resign lalu ia mulai berbisnis? Kemudian tidak berapa lama ia kembali bingung mengirim lamaran kesana-kemari untuk mencari kerja baru. Bisnis yang diidamkan ternyata gagal, modalnya habis dan mau tidak mau ia harus mencari kerja untuk menafkahi keluarganya.
Jika Anda berniat untuk berhenti bekerja, perhatikan kesalahan fatal yang sering dilakukan orang yang resign lalu berakibat keterpurukan dalam kehidupan setelah berhenti bekerja:
1. Ikut-ikutan
Orang yang resign hanya emosional karena membaca buku atau ikut training. Lebih celaka lagi bila Anda resign hanya karena melihat teman berhasil bisnis usai resign, kemudian dengan gagah Anda berkata, “Kalau dia bisa berhasil bisnis, saya juga pasti bisa berhasil.”
2. Alasan Yang Kurang Tepat
Berhenti bekerja dengan alasan tidak menyukai pekerjaan, tidak cocok dengan atasan, tidak cocok dengan lingkungan, pekerjaan membosankan atau alasan lain yang tidak fundamental. Nah, biasanya orang yang seperti ini sebelum resign sudah menunjukkan gelagat kurang baik. Malas-malasan, bekerja juga asal-asalan. Padahal seharusnya orang meninggalkan suatu pekerjaan justru meninggalkan 'kenangan' yang indah. Dengan prestasi dan pencapaian kerja yang unggul.
3. Tidak Punya Rencana (Disain Hidup)
Sangat fatal akibatnya jika berhenti kerja tanpa menyiapkan rencana yang jelas kehidupannya mau seperti apa. Hidup seharusnya by design, by plan. Sehingga ketika resign, itu juga bagian dari disain hidupnya. Orang yang memiliki disain hidup, akan menyiapkan kapal baru sebelum ia keluar dari kapal yang lama. Kapal baru berupa rencana kerja atau rencana bisnis yang jelas. Dan harus yakin bahwa di tempat barunya itu ia harus menjadi lebih baik. Harus bertumbuh.
4. Tidak Memiliki Rencana Finansial
Sebelum resign, yakinkan bahwa Anda memiliki rencana finansial yang jelas. Seharusnya sudah memiliki semacam Financial Mastery, bagaimana keadaan finansial Anda saat ini dan mau ke arah mana. Dalam hal keuangan, Anda berada di quadran mana? (bisa baca Money-Life Quadrant) Lalu bagaimana mengelola keuangan (baca Money Management di blog ini juga).
Jadi, punya semangat dan cita-cita untuk mandiri itu baik. Ingin merealisasikan cita-cita hidup itu memang sudah seharusnya, ingin menjadi kaya agar bisa banyak berderma juga niat yang mulia. Namun jangan asal tabrak bermodal semangat saja.
Jangan ulangi kesalahan orang-orang sebelumnya. []
Salam persahabatan!
Silaturahim dengan saya, follow twitter @jumadisubur
Karyawan Spiritualis
Karyawan : Assalamualaikum, pak boss, saya mau mengundurkan diri..
Bos : Apa alasanmu mengundurkan diri?
Karyawan : Yah, insyaAllah saya membutuhkan waktu untuk muhasabah, demi memperbaiki diri. Saya ini banyak dosa pak, saya ini hitam dan hina….saya terlalu sibuk bekerja, mengejar karier sampai seringkali lupa pada Allah SWT. Saya ini terjerembab dalam kesesatannn..….*mewek
Karyawan Tipe Pedagang
Karyawan : Pak, saya sudah bertekad untuk mengundurkan diri
Bos : Apa alasannya?
Karyawan : Ehm, sebab, kalau dihitung-hitung, bekerja di kantor ini, merugikan. Coba ya, saya digaji Rp 10 juta sebulan. Sementara, saya punya cicilan rumah Rp 3 juta. Kemudian cicilan mobil Rp 2 juta. Belum lagi ongkos bensin, makan dan biaya yang sedang saya kumpulkan untuk menikah. Lalu pak, ya, tabungan saya itu kan sudah otomatis dipotong Rp 1 juta/bulan untuk asuransi dan DPLK. Fasilitas kesehatan di kantor ini juga tidak cukup besar, saya sering nombok.... Ah pokoknya saya rugi deh pak…
He...kita awali dulu dengan senyum...:)
Anda berniat resign dari perusahaan tempat bekerja saat ini?
Seperti yang terjadi pada teman saya Jefry. Tiba-tiba ia sangat berambisi untuk resign. Katanya selama masih terus jadi karyawan dirinya tidak bisa berkembang. Satu-satunya jalan untuk bisa kaya adalah dengan menjadi pengusaha. Begitu alasannya. Dan dia sudah mulai menulis surat pengunduran dirinya. Dia menghitung pesangon yang akan didadaptkan disipakan untuk membuka bisnis yang diidamkannya.
Aku juga bingung kenapa temanku jadi tiba-tiba seperti ini. Apa karena minggu lalu ia ikut seminar Entrepreneurship ya...di meja kerjanya juga ada beberapa buku tentang bisnis dan wirausaha, tentang franchise, dan banyak buku motivasi.
Benarkah orang-orang yang berhenti bekerja untuk berbisnis akan sukses seperti yang diinginkan? Pernahkah Anda bertemu orang yang awalnya semangat untuk resign lalu ia mulai berbisnis? Kemudian tidak berapa lama ia kembali bingung mengirim lamaran kesana-kemari untuk mencari kerja baru. Bisnis yang diidamkan ternyata gagal, modalnya habis dan mau tidak mau ia harus mencari kerja untuk menafkahi keluarganya.
Jika Anda berniat untuk berhenti bekerja, perhatikan kesalahan fatal yang sering dilakukan orang yang resign lalu berakibat keterpurukan dalam kehidupan setelah berhenti bekerja:
1. Ikut-ikutan
Orang yang resign hanya emosional karena membaca buku atau ikut training. Lebih celaka lagi bila Anda resign hanya karena melihat teman berhasil bisnis usai resign, kemudian dengan gagah Anda berkata, “Kalau dia bisa berhasil bisnis, saya juga pasti bisa berhasil.”
2. Alasan Yang Kurang Tepat
Berhenti bekerja dengan alasan tidak menyukai pekerjaan, tidak cocok dengan atasan, tidak cocok dengan lingkungan, pekerjaan membosankan atau alasan lain yang tidak fundamental. Nah, biasanya orang yang seperti ini sebelum resign sudah menunjukkan gelagat kurang baik. Malas-malasan, bekerja juga asal-asalan. Padahal seharusnya orang meninggalkan suatu pekerjaan justru meninggalkan 'kenangan' yang indah. Dengan prestasi dan pencapaian kerja yang unggul.
3. Tidak Punya Rencana (Disain Hidup)
Sangat fatal akibatnya jika berhenti kerja tanpa menyiapkan rencana yang jelas kehidupannya mau seperti apa. Hidup seharusnya by design, by plan. Sehingga ketika resign, itu juga bagian dari disain hidupnya. Orang yang memiliki disain hidup, akan menyiapkan kapal baru sebelum ia keluar dari kapal yang lama. Kapal baru berupa rencana kerja atau rencana bisnis yang jelas. Dan harus yakin bahwa di tempat barunya itu ia harus menjadi lebih baik. Harus bertumbuh.
4. Tidak Memiliki Rencana Finansial
Sebelum resign, yakinkan bahwa Anda memiliki rencana finansial yang jelas. Seharusnya sudah memiliki semacam Financial Mastery, bagaimana keadaan finansial Anda saat ini dan mau ke arah mana. Dalam hal keuangan, Anda berada di quadran mana? (bisa baca Money-Life Quadrant) Lalu bagaimana mengelola keuangan (baca Money Management di blog ini juga).
Jadi, punya semangat dan cita-cita untuk mandiri itu baik. Ingin merealisasikan cita-cita hidup itu memang sudah seharusnya, ingin menjadi kaya agar bisa banyak berderma juga niat yang mulia. Namun jangan asal tabrak bermodal semangat saja.
Jangan ulangi kesalahan orang-orang sebelumnya. []
Salam persahabatan!
Silaturahim dengan saya, follow twitter @jumadisubur