Cerita ini tentang perseteruan orang sekitar tembok Berlin, ketika dua daerah itu masih dipisahkan oleh tembok. Kabarnya mereka dulu sering bersitegang. Masalah sekecil apapun bisa menjadi awal pertikaian.
Suatu hari penduduk Berlin bagian Timur merasa marah kepada orang-orang Berlin Barat. Untuk melampiaskan kemarahannya, penduduk Berlin Timur mengirimkan berbagai macam sampah dan diletakkan di Berlin Barat. Ada sisa-sisa bangunan, sisa makanan, plastik hingga kotoran.
Tak urung lagi, hal itu membuat warga Berlin Barat marah bukan kepalang. Merasa diihinakan, mereka bersiap untuk mengirim 'balasan' dengan benda-benda yang lebih menjijikkan. Namun belum jadi dikirim, seorang bijak diantara mereka menyarankan agar mengganti barang-barang itu dengan yang lebih bermanfaat. Akhirnya mereka mengirimkan obat-obatan, perabotan rumah tangga, pakaian bayi dan bahan-bahan makanan. Lalu barang-barang itu diletakkan di Berlin Timur disertai tulisan "Manusia memberi sesuai dengan kemampuannya"
Dulu, ketika saya masih bertugas di sebuah kota kecil sebagai Representative Officer, saya punya seorang teman yang bicaranya selalu negatif. Setiap hari hanya ungkapan keluh kesah yang keluar dari mulutnya. Malah kadang-kadang umpatan. Demikian setiap hari. Kadang ditulis di status FB kadang di email atau di miling list teman-temannya.
Anehnya lagi, dia bercerita kalau punya miling-list yang hanya beranggotakan teman-teman dekatnya. Katanya, miling list itu hanya untuk 'buang sampah'. Mereka saling mengumpat, saling berkeluh kesah. Bahkan tidak jarang mengumpat orang lain yang tidak ada dalam list mereka. Tapi mereka menikmatinya. Katanya inilah cara mereka meluapkan emosi negatif. Ya mereka tidak saling tersinggung, karena sudah disepakati ini adalah ajang sampah, hanya tempat untuk sumpah serapah.
He..ada-ada saja ya cara seseorang meluapkan emosinya.
Di tempat lain, saya punya kelompok diskusi, semacam master mind, tapi tidak seserius itu. Ada 7 orang anggota 'group' ini. Kami bertemu seminggu sekali untuk melepas kangen, bercerita tentang segala masalah yang kami alami. Kami berbagi segala hal. Apapun boleh diceritakan dalam forum ini. Mulai dari masalah kerjaan, masalah pribadi, keluarga, bisnis, hingga appapun yang menjadi ganjalan pemikirannya. Ketika yang satu bercerita, yang lain menyimak dengan seksama. Setelah itu masing-masing memberikan opini, masukan, atau hanya sekedar empati.
Semua dengan bahasa yang lembut, saling menguatkan dan saling memberi semangat. Tidak jarang saling menasehati dengan quote-quote yang memotivasi.
Dan biasanya selesai pertemuan itu, masing-masing membawa semangat baru. Seperti habis di-charge. Acara ditutup dengan saling berpelukan atau bersalaman erat, untuk sama-sama menguatkan.
Banyak cara untuk memberi, banyak cara untuk bersahabat. Sebagai mahluk sosial, kita pasti butuh teman. Kita butuh berinteraksi dengan sesama. Dengan cara apa kita berinteraksi, bagaimana cara kita saling menguatkan dan saling memberi kepada sahabat? Pilihannya ada pada diri kita.[]
Salam persahabatan!
@JumadiSubur
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Suatu hari penduduk Berlin bagian Timur merasa marah kepada orang-orang Berlin Barat. Untuk melampiaskan kemarahannya, penduduk Berlin Timur mengirimkan berbagai macam sampah dan diletakkan di Berlin Barat. Ada sisa-sisa bangunan, sisa makanan, plastik hingga kotoran.
Tak urung lagi, hal itu membuat warga Berlin Barat marah bukan kepalang. Merasa diihinakan, mereka bersiap untuk mengirim 'balasan' dengan benda-benda yang lebih menjijikkan. Namun belum jadi dikirim, seorang bijak diantara mereka menyarankan agar mengganti barang-barang itu dengan yang lebih bermanfaat. Akhirnya mereka mengirimkan obat-obatan, perabotan rumah tangga, pakaian bayi dan bahan-bahan makanan. Lalu barang-barang itu diletakkan di Berlin Timur disertai tulisan "Manusia memberi sesuai dengan kemampuannya"
Dulu, ketika saya masih bertugas di sebuah kota kecil sebagai Representative Officer, saya punya seorang teman yang bicaranya selalu negatif. Setiap hari hanya ungkapan keluh kesah yang keluar dari mulutnya. Malah kadang-kadang umpatan. Demikian setiap hari. Kadang ditulis di status FB kadang di email atau di miling list teman-temannya.
Anehnya lagi, dia bercerita kalau punya miling-list yang hanya beranggotakan teman-teman dekatnya. Katanya, miling list itu hanya untuk 'buang sampah'. Mereka saling mengumpat, saling berkeluh kesah. Bahkan tidak jarang mengumpat orang lain yang tidak ada dalam list mereka. Tapi mereka menikmatinya. Katanya inilah cara mereka meluapkan emosi negatif. Ya mereka tidak saling tersinggung, karena sudah disepakati ini adalah ajang sampah, hanya tempat untuk sumpah serapah.
He..ada-ada saja ya cara seseorang meluapkan emosinya.
Di tempat lain, saya punya kelompok diskusi, semacam master mind, tapi tidak seserius itu. Ada 7 orang anggota 'group' ini. Kami bertemu seminggu sekali untuk melepas kangen, bercerita tentang segala masalah yang kami alami. Kami berbagi segala hal. Apapun boleh diceritakan dalam forum ini. Mulai dari masalah kerjaan, masalah pribadi, keluarga, bisnis, hingga appapun yang menjadi ganjalan pemikirannya. Ketika yang satu bercerita, yang lain menyimak dengan seksama. Setelah itu masing-masing memberikan opini, masukan, atau hanya sekedar empati.
Semua dengan bahasa yang lembut, saling menguatkan dan saling memberi semangat. Tidak jarang saling menasehati dengan quote-quote yang memotivasi.
Dan biasanya selesai pertemuan itu, masing-masing membawa semangat baru. Seperti habis di-charge. Acara ditutup dengan saling berpelukan atau bersalaman erat, untuk sama-sama menguatkan.
Banyak cara untuk memberi, banyak cara untuk bersahabat. Sebagai mahluk sosial, kita pasti butuh teman. Kita butuh berinteraksi dengan sesama. Dengan cara apa kita berinteraksi, bagaimana cara kita saling menguatkan dan saling memberi kepada sahabat? Pilihannya ada pada diri kita.[]
Salam persahabatan!
@JumadiSubur
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT