Suatu ketika saat di Batam saya pernah berkunjung ke sebuah pulau kecil. Pulau yang sangat indah. Suasana pedesaan masih sangat kental. Kicauan burung bersahutan. Hembusan angin menyegarkan badan. Sapaan ramah penduduk kampung dan senyum manis gadis-gadis yang berjualan di kedai. Tidak terbayang sebelumnya jika masih dapat ditemukan suasana ini, di kota seperti ini. Sebenarnya tidak terlalu jauh dari pusat kota ini. Hanya ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam dengan perahu motor. Penduduknya bersuku melayu. Kehidupan disana sungguh berbeda dengan kondisi di kota ini.
Setelah bersilaturahim dengan kepala desa dan beberapa orang yang dikenalnya, saya meminta ijin berjalan-jalan mengelilingi pulau. Seorang pemuda yang juga pegawai di kantor desa menemaninya. Ia melihat kehidupan para nelayan disana. Mereka terlihat sangat tekun dalam bekerja. Malam hari mereka melaut. Pagi harinya mereka terlihat melakukan maintenance peralatan melautnya. Membersihkan jaring, memeriksa perlengkapan perahu dan juga mesin perahunya. Sebagian lainnya membersihkan wadah ikan. Sebagian lagi memasaknya untuk keperluan sendiri dan dijual di kedai. Sebagian besar hasil laut itu telah mereka jual kepada saudagar.
Mereka bukan orang pemalas seperti yang dikesankan selama ini. Justru mereka adalah para pekerja keras. Aku terkesima melihat bagaimana mereka memanfaatkan waktunya dengan optimal. Saat melaut, saat di darat semua dimanfaatkan. Bahkan bukan hanya kaum lelaki yang bekerja. Seluruh anggota keluarga mendapatkan porsi pekerjaan masing-masing. Hubungan antar sesama mereka juga terjaga dengan baik. Mereka hidup rukun dan damai.
Kerasnya kehidupan dan beratnya pekerjaan tidak melalaikan mereka dari kehidupan ruhani mereka. Terlihat mereka dengan cepat meninggalkan kesibukan ketika waktu shalat datang. Masjid satu-satunya di pulau itu dipenuhi laki-laki yang menunaikan sembahyang. Sore hari anak-anak mereka ramai belajar di TPQ. Menjelang magrib sampai isya masjid penuh dengan kegiatan.
Aku merasa terkesan dengan kehidupan masyarakat disini. Mereka merupakan sebuah gambaran orang-orang yang bekerja keras. Tidak menyerah dengan kehidupan dan tantangannya.
Kadang mereka melaut dengan hasil yang melimpah. Tapi terkadang mereka juga pulang dengan tangan hampa. Tidak ada kekecewaan yang berlebihan. Mereka hadapi dengan tawakal. Mereka seakan menyadari sepenuhnya bahwa rejeki sudah ada yang mengaturnya. Dan yang pasti mereka telah berusaha dengan baik. Keikhlasan memancar dari wajah-wajah mereka. Terlihat kedamaian ketika mereka saling menyapa. Suasana hati tentu mempengaruhi kehidupan mereka. Wajah kesyukuran dan ikhlas memancar dari raut muka dan pancaran sinar mata.
Merenungi kehidupan mereka, aku merasa malu pada diri sendiri. Mereka adalah contoh nyata orang-orang yang memiliki keseimbangan dalam kehidupan mereka. Bekerja keras dalam masa tertentu dan mencukupi kehidupan mental dan spiritual mereka disaat berikutnya.
Seandainya semua karyawan memiliki mental seperti masyarakat pulau ini. Andai para sales memiliki semangat bekerja seperti mereka. Tentu mereka akan menjadi pekerja handal dan tidak mudah menyerah. Yah. Bekerja keras disertai keikhlasan. Sebuah prinsip hidup yang positif. Prinsip keseimbangan hidup. []
Setelah bersilaturahim dengan kepala desa dan beberapa orang yang dikenalnya, saya meminta ijin berjalan-jalan mengelilingi pulau. Seorang pemuda yang juga pegawai di kantor desa menemaninya. Ia melihat kehidupan para nelayan disana. Mereka terlihat sangat tekun dalam bekerja. Malam hari mereka melaut. Pagi harinya mereka terlihat melakukan maintenance peralatan melautnya. Membersihkan jaring, memeriksa perlengkapan perahu dan juga mesin perahunya. Sebagian lainnya membersihkan wadah ikan. Sebagian lagi memasaknya untuk keperluan sendiri dan dijual di kedai. Sebagian besar hasil laut itu telah mereka jual kepada saudagar.
Mereka bukan orang pemalas seperti yang dikesankan selama ini. Justru mereka adalah para pekerja keras. Aku terkesima melihat bagaimana mereka memanfaatkan waktunya dengan optimal. Saat melaut, saat di darat semua dimanfaatkan. Bahkan bukan hanya kaum lelaki yang bekerja. Seluruh anggota keluarga mendapatkan porsi pekerjaan masing-masing. Hubungan antar sesama mereka juga terjaga dengan baik. Mereka hidup rukun dan damai.
Kerasnya kehidupan dan beratnya pekerjaan tidak melalaikan mereka dari kehidupan ruhani mereka. Terlihat mereka dengan cepat meninggalkan kesibukan ketika waktu shalat datang. Masjid satu-satunya di pulau itu dipenuhi laki-laki yang menunaikan sembahyang. Sore hari anak-anak mereka ramai belajar di TPQ. Menjelang magrib sampai isya masjid penuh dengan kegiatan.
Aku merasa terkesan dengan kehidupan masyarakat disini. Mereka merupakan sebuah gambaran orang-orang yang bekerja keras. Tidak menyerah dengan kehidupan dan tantangannya.
Kadang mereka melaut dengan hasil yang melimpah. Tapi terkadang mereka juga pulang dengan tangan hampa. Tidak ada kekecewaan yang berlebihan. Mereka hadapi dengan tawakal. Mereka seakan menyadari sepenuhnya bahwa rejeki sudah ada yang mengaturnya. Dan yang pasti mereka telah berusaha dengan baik. Keikhlasan memancar dari wajah-wajah mereka. Terlihat kedamaian ketika mereka saling menyapa. Suasana hati tentu mempengaruhi kehidupan mereka. Wajah kesyukuran dan ikhlas memancar dari raut muka dan pancaran sinar mata.
Merenungi kehidupan mereka, aku merasa malu pada diri sendiri. Mereka adalah contoh nyata orang-orang yang memiliki keseimbangan dalam kehidupan mereka. Bekerja keras dalam masa tertentu dan mencukupi kehidupan mental dan spiritual mereka disaat berikutnya.
Seandainya semua karyawan memiliki mental seperti masyarakat pulau ini. Andai para sales memiliki semangat bekerja seperti mereka. Tentu mereka akan menjadi pekerja handal dan tidak mudah menyerah. Yah. Bekerja keras disertai keikhlasan. Sebuah prinsip hidup yang positif. Prinsip keseimbangan hidup. []