Tiba-tiba Anna mudah tersinggung. Sedikit saja ada kata yang menyangkut dengan dirinya langsung ia respon. Kadang dengan ketus. Jaka menjadi ikut-ikutan jadi emosi. “Kenapa sih kok kamu jadi sensitif seperti itu.” Sergah Jaka ketika Anna merasa mereka membicarakan tentang dirinya.
Berbagai hal bisa membuat seseorang sensitif. Uang, jabatan, kedudukan, masalah keluarga dan cinta adalah sesuatu yang sensitif. Namun dalam masalah-masalah sosial tidak banyak orang yang memiliki sensitifitas.
Di saat krisis melanda negeri ini, banyak pejabat yang hidup bermewahan. Ketika sebagian orang kesusahan mendapatkan seliter minyak tanah, sebagian yang lain membeli kendaraan mewah. Tatkala rakyat sulit membeli beras, banyak makanan terbuang di rumah makan dan restoran mewah. Demikian juga paradoks antara yang kelaparan di kolong jembatan dan rumah liar, sebagian yang lain kebingungan mencari pilihan tempat makan yang nyaman.
Hilangnya sensitifitas ini menjadi salah satu sumber masalah yang menjadikan krisis tidak kunjung berujung. Karena itulah dibutuhkan kepekaan. Peka terhadap kondisi sekitar. Responsif terhadap segala aktifitas kebaikan.
Seorang marketer pun membutuhkan sensitifitas. Kepekaan terhadap kejadian di luaran. Tanggap dengan segala kejadian. Baik yang terkait dengan pelanggan, maupun isu lingkungan sekitar.
Saat saya tinggal di Batam ada kejadian menarik. Ketika salah seorang pengunjung salah satu mall mengalami musibah yakni mobil orang tersebut disatroni orang. Kaca jendelanya pecah dan tas yang disimpan di jok belakang hilang. Pengunjung ini mengadu kepada pengelola mall. Respon dari pengelola mall sungguh menakjubkan, ia mencari mobil pengganti untuk mengantarkan pengunjung tersebut ke tempat yang ia tuju. Tidak berapa lama, mobil yang bersangkutan diantar ke lokasi itu dalam keadaan baik kembali. Kacanya sudah diganti yang baru. Dan di dalamnya ada telah ada sebuah tas merk terkenal yang berisi sebuah kartu ucapan permintaan maaf.
Inilah kepekaan itu. Peka terhadap setiap kejadian dan respon terhadap keadaan yang ada. Ketika ada pelanggan (customer) yang sedang berbahagia, sangat wajar jika kita memberikan ucapan selamat. Ketika ulang tahun, pernikahan, mendapatkan kelahiran anak, kenaikan pangkat, anugerah penghargaan dan saat bahagia lainnya. Kado kecil dan ucapan turut bahagia akan menumbuhkan kenangan yang luar biasa. Demikian juga ketika menerima musibah, ungkapan bela sungkawa dan turut keprihatinan dapat dijadikan sarana untuk mengungkapkan kepekaan.
Kepekaan dan sensitifitas dapat dipupuk dengan banyak belajar, membaca, mendengar dan pengalaman. Karena itulah semakin tinggi jam terbang seseorang semakin peka ia terhadap keadaan. Seperti nahkoda kapal, semakin sering berlayar semakin peka terhadap perubahan arah angin. Sensitifitas akan membawa seseorang menjadi mudah menerima perubahan. Rasulullah mengajarkan kita untuk peka terhadap lingkungan sekitar. Bahkan kepekaan sosial dicontohkan agar ketika memasak makanan hendaknya memperbanyak kuah dan mengirimkan kepada tetangga sekitar.
Sensitivitas, kepekaan, nilai sosial, perubahan. Kunci stabilitas spiritual kita. []
Berbagai hal bisa membuat seseorang sensitif. Uang, jabatan, kedudukan, masalah keluarga dan cinta adalah sesuatu yang sensitif. Namun dalam masalah-masalah sosial tidak banyak orang yang memiliki sensitifitas.
Di saat krisis melanda negeri ini, banyak pejabat yang hidup bermewahan. Ketika sebagian orang kesusahan mendapatkan seliter minyak tanah, sebagian yang lain membeli kendaraan mewah. Tatkala rakyat sulit membeli beras, banyak makanan terbuang di rumah makan dan restoran mewah. Demikian juga paradoks antara yang kelaparan di kolong jembatan dan rumah liar, sebagian yang lain kebingungan mencari pilihan tempat makan yang nyaman.
Hilangnya sensitifitas ini menjadi salah satu sumber masalah yang menjadikan krisis tidak kunjung berujung. Karena itulah dibutuhkan kepekaan. Peka terhadap kondisi sekitar. Responsif terhadap segala aktifitas kebaikan.
Seorang marketer pun membutuhkan sensitifitas. Kepekaan terhadap kejadian di luaran. Tanggap dengan segala kejadian. Baik yang terkait dengan pelanggan, maupun isu lingkungan sekitar.
Saat saya tinggal di Batam ada kejadian menarik. Ketika salah seorang pengunjung salah satu mall mengalami musibah yakni mobil orang tersebut disatroni orang. Kaca jendelanya pecah dan tas yang disimpan di jok belakang hilang. Pengunjung ini mengadu kepada pengelola mall. Respon dari pengelola mall sungguh menakjubkan, ia mencari mobil pengganti untuk mengantarkan pengunjung tersebut ke tempat yang ia tuju. Tidak berapa lama, mobil yang bersangkutan diantar ke lokasi itu dalam keadaan baik kembali. Kacanya sudah diganti yang baru. Dan di dalamnya ada telah ada sebuah tas merk terkenal yang berisi sebuah kartu ucapan permintaan maaf.
Inilah kepekaan itu. Peka terhadap setiap kejadian dan respon terhadap keadaan yang ada. Ketika ada pelanggan (customer) yang sedang berbahagia, sangat wajar jika kita memberikan ucapan selamat. Ketika ulang tahun, pernikahan, mendapatkan kelahiran anak, kenaikan pangkat, anugerah penghargaan dan saat bahagia lainnya. Kado kecil dan ucapan turut bahagia akan menumbuhkan kenangan yang luar biasa. Demikian juga ketika menerima musibah, ungkapan bela sungkawa dan turut keprihatinan dapat dijadikan sarana untuk mengungkapkan kepekaan.
Kepekaan dan sensitifitas dapat dipupuk dengan banyak belajar, membaca, mendengar dan pengalaman. Karena itulah semakin tinggi jam terbang seseorang semakin peka ia terhadap keadaan. Seperti nahkoda kapal, semakin sering berlayar semakin peka terhadap perubahan arah angin. Sensitifitas akan membawa seseorang menjadi mudah menerima perubahan. Rasulullah mengajarkan kita untuk peka terhadap lingkungan sekitar. Bahkan kepekaan sosial dicontohkan agar ketika memasak makanan hendaknya memperbanyak kuah dan mengirimkan kepada tetangga sekitar.
Sensitivitas, kepekaan, nilai sosial, perubahan. Kunci stabilitas spiritual kita. []