Selamat pagi, alhamdulillah ini hari baru!
Bagaimana mudiknya? Semoga menyenangkan dan membawa manfaat untuk keluarga dan orang-orang sekitar.
Setiap kembali dari mudik, ada hal yang terjadi di rumah kita. Rumah yang hanya kita tinggalkan beberapa hari saja, sudah terlihat banyak debu, betul? di lantai, di meja, di hiasan-hiasan dinding, lampu-lampu, tangga, di dapur, juga di garasi. Coba tempelkan jari-jari kita di meja, dinding atau perhatikan yang kita rasakan di telapak kaki kita...:)
Padahal hanya ditinggal beberapa hari saja, mengapa kok bisa begitu banyak debu-debunya?
Seandainya di kantor ini tidak ada yang membersihkan meja kerja kita, saya juga yakin bahwa meja kerja kita akan bernasib sama seperti rumah kita. Pasti sudah banyak debu-debu yang hinggap di meja, pesawat telepon, aksesoris dan buku-buku yang tergeletak di meja kita.
Padahal jika kita perhatikan, selama kita tinggal di rumah itu atau kita tempati meja kerja kita, selalu tampak bersih. Minimal tidak banyak debu yang kita rasakan, meski tidak setiap hari juga kita bersihkan.
Jika hal itu terjadi pada rumah fisik kita, tempat tinggal kita, bagaimana dengan 'rumah' jiwa kita. Bukankah debu-debu juga bisa memasuki 'rumah' jiwa kita? Jika rumah jiwa kita jarang ditempati, maka sedikit demi sedikit debu akan mengotori rumah jiwa kita. Debu-debu itu bisa berupa hasrat untuk berbuat maksiat, godaan untuk berbuat dosa, munculnya kemalasan, perasaan akan kekosongan hati, putus asa, hasad, iri, dengki dan pengakit-penyakit jiwa lainnya.
Bukan hanya semangat kita yang akan tergerogoti, namun keimanan kita juga bisa tergerus oleh kotornya debu-debu itu.
Karena itu, jangan terlalu lama meninggalkan rumah jiwa kita. Sering-sering dikunjungi, agar debu-debu tidak datang mengotorinya. Mengunjungi rumah jiwa kita dengan tetap menjaga kebersihan hati, menjaga ibadah, tilawah, bersedekah, menjalin silaturahim, berbaik sangka, selalu bersikap dan berkata positif, optimis, pantang menyerah dan selalu bergairah dalam bekerja.
Mari, selalu kunjungi rumah jiwa kita. []
Bagaimana mudiknya? Semoga menyenangkan dan membawa manfaat untuk keluarga dan orang-orang sekitar.
Setiap kembali dari mudik, ada hal yang terjadi di rumah kita. Rumah yang hanya kita tinggalkan beberapa hari saja, sudah terlihat banyak debu, betul? di lantai, di meja, di hiasan-hiasan dinding, lampu-lampu, tangga, di dapur, juga di garasi. Coba tempelkan jari-jari kita di meja, dinding atau perhatikan yang kita rasakan di telapak kaki kita...:)
Padahal hanya ditinggal beberapa hari saja, mengapa kok bisa begitu banyak debu-debunya?
Seandainya di kantor ini tidak ada yang membersihkan meja kerja kita, saya juga yakin bahwa meja kerja kita akan bernasib sama seperti rumah kita. Pasti sudah banyak debu-debu yang hinggap di meja, pesawat telepon, aksesoris dan buku-buku yang tergeletak di meja kita.
Padahal jika kita perhatikan, selama kita tinggal di rumah itu atau kita tempati meja kerja kita, selalu tampak bersih. Minimal tidak banyak debu yang kita rasakan, meski tidak setiap hari juga kita bersihkan.
Jika hal itu terjadi pada rumah fisik kita, tempat tinggal kita, bagaimana dengan 'rumah' jiwa kita. Bukankah debu-debu juga bisa memasuki 'rumah' jiwa kita? Jika rumah jiwa kita jarang ditempati, maka sedikit demi sedikit debu akan mengotori rumah jiwa kita. Debu-debu itu bisa berupa hasrat untuk berbuat maksiat, godaan untuk berbuat dosa, munculnya kemalasan, perasaan akan kekosongan hati, putus asa, hasad, iri, dengki dan pengakit-penyakit jiwa lainnya.
Bukan hanya semangat kita yang akan tergerogoti, namun keimanan kita juga bisa tergerus oleh kotornya debu-debu itu.
Karena itu, jangan terlalu lama meninggalkan rumah jiwa kita. Sering-sering dikunjungi, agar debu-debu tidak datang mengotorinya. Mengunjungi rumah jiwa kita dengan tetap menjaga kebersihan hati, menjaga ibadah, tilawah, bersedekah, menjalin silaturahim, berbaik sangka, selalu bersikap dan berkata positif, optimis, pantang menyerah dan selalu bergairah dalam bekerja.
Mari, selalu kunjungi rumah jiwa kita. []