Suatu hari Panji mengunjungi Om Har yang sedang mengawasi karyawan di workshop yang sekaligus bengkel mebel terbesar di Kabupaten Jepara. Om Har adalah pamannya yang menjadi pengusaha mebel sukses. Meski tidak mengenyam pendidikan manajemen, namun ia mampu memberikan contoh kepemimpinan yang baik bagi anak buahnya.
“Memimpin banyak orang tidak dapat kita sama-ratakan harus dengan cara seperti ini. Karena masing-masing orang memiliki karakter khusus yang spesifik dan memimpin orang juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi bagaimana. Intinya kepada siapa dan situasi bagaimana.” Terang Om Har menutup percakapan dengan Panji sebelum ia kembali bengkel usahanya.
“Wah, Om hebat. Itu kalau dalam teori kepemimpinan namanya situasional leadership artinya melaksanakan kepemimpinan secara efektif menggunakan cara kepemimpian yang berbeda sesuai dengan situasi dan mengikuti personalitas orang-orang yang dipimpin.”
Bersama Om Har seharian mengingatkan Panji kepada seorang intrusktur waktu training beberapa waktu lalu, namanya Mr. Anowar, seorang Singapore yang tinggal di Jakarta. Dialah yang menyampaikan materi tentang kepemimpinan situasional, yang telah dengan apik dipraktekkan oleh Om Har meski dalam lingkup yang lebih kecil.
Kunci dari Kepemimpinan Situasional adalah personalisasi. Bahwa setiap model kepemimpinan tidak dapat disamaratakan kepada semua tipe manusia. Pertimbangan dilakukan dengan melihat kemampuan kerja (competence) tiap karyawan dan komitmen mereka terhadap pekerjaan. Kemampuan kerja adalah kombinasi antara kemampuan (knowledge) dan ketrampilan (skill). Sedangkan komitmen adalah kombinasi antara confidence dan motivasi. Ini terkait dengan attitude seorang bawahan.
Panji mengingat kembali, waktu Mr. Anowar dengan bahasa yang mengalir dan sedikit kocak menerangkan model kepemimpinan kepada masing-masing tipikal bawahan menurut tingkat kompetensi dan komitmennya.
Ada orang yang lebih tepat mendapatkan pengarahan (directing) dari atasannya karena memiliki semangat yang tinggi namun kurang paham tentang teknis dalam melaksanakan pekerjaan. Ada juga orang yang pandai dalam teknik pengerjaannya namun semangatnya kadang naik-kadang turun, maka orang seperti model ini lebih tepat diberikan dorongan (supporting) agar termotivasi melakukan pekerjaannya.
Begitu juga kepada orang kemampuannya pas-pasan harus diberikan pendampingan dalam bekerja (coaching) atau malah atau tipikal bawahan yang tidak perlu diapa-apakan kecuali diberikan kepercayaan untuk memegang tanggungjawab tertentu (delegating). Inilah jenis orang yang memiliki ketrampilan bekerja sekaligus semangat yang tinggi.
Situational Leadership sama dengan memberdayakan orang lain untuk mencapai kesuksesan. Aspek penting dalam memberdayakan orang lain dalam tim kita adalah dengan membantu mereka untuk menemukan tujuan hidup mereka selaras dengan visi bersama tim. Seperti halnya kita sebagai seorang pemimpin harus memiliki visi dan misi hidup. Demikian pula dengan seluruh anggota tim kita yang harus kita bimbing agar memiliki visi dan misi yang jelas dalam kehidupannya.
Panji sadar bahwa memberdayakan sesama merupakan proses lebih dari sekadar membantu atau memberi dorongan. Sesungguhnya tanggung jawab utama kita dalam membangun orang lain adalah dengan memberi teladan dalam kehidupan kita, yaitu etika kerja yang keras, tanggung jawab, karakter, keterbukaan, konsistensi, komunikasi, dan percaya pada orang lain. Karena harus menjadi teladan dulu, kita harus membangun diri kita sendiri terlebih dulu sebelum membangun orang lain.
Dalam catatan pribadinya, Panji menuliskan beberapa hal bisa dilakukan sebagai seorang pemimpin untuk memberdayakan orang-orang di sekitar kita. Diantaranya: menumbuhkan kepercayaan, memberikan visi dan harapan, menghargai prestasi sekecil apapun, mempercayai potensi yang mereka miliki dapat dioptimalkan dalam mencapai tujuan, memberikan dorongan, menunjukkan konsistensi, terbuka, memberikan waktu kita dan melatih sekaligus mengembangkan ketrampilan mereka.
Hari ini Panji mendapatkan banyak pelajaran. Dan perenungannya ini akan membawa pencerahan dalam organisasi yang dipimpinannya. Wah, Panji jadi ingat kantor dan teman satu timnya. Namun ia masih ada urusan di kampung halamannya ini. Berkunjung ke beberapa kerabat dan menyelesaikan urusan lainnya. ()
“Wah, Om hebat. Itu kalau dalam teori kepemimpinan namanya situasional leadership artinya melaksanakan kepemimpinan secara efektif menggunakan cara kepemimpian yang berbeda sesuai dengan situasi dan mengikuti personalitas orang-orang yang dipimpin.”
Bersama Om Har seharian mengingatkan Panji kepada seorang intrusktur waktu training beberapa waktu lalu, namanya Mr. Anowar, seorang Singapore yang tinggal di Jakarta. Dialah yang menyampaikan materi tentang kepemimpinan situasional, yang telah dengan apik dipraktekkan oleh Om Har meski dalam lingkup yang lebih kecil.
Kunci dari Kepemimpinan Situasional adalah personalisasi. Bahwa setiap model kepemimpinan tidak dapat disamaratakan kepada semua tipe manusia. Pertimbangan dilakukan dengan melihat kemampuan kerja (competence) tiap karyawan dan komitmen mereka terhadap pekerjaan. Kemampuan kerja adalah kombinasi antara kemampuan (knowledge) dan ketrampilan (skill). Sedangkan komitmen adalah kombinasi antara confidence dan motivasi. Ini terkait dengan attitude seorang bawahan.
Panji mengingat kembali, waktu Mr. Anowar dengan bahasa yang mengalir dan sedikit kocak menerangkan model kepemimpinan kepada masing-masing tipikal bawahan menurut tingkat kompetensi dan komitmennya.
Ada orang yang lebih tepat mendapatkan pengarahan (directing) dari atasannya karena memiliki semangat yang tinggi namun kurang paham tentang teknis dalam melaksanakan pekerjaan. Ada juga orang yang pandai dalam teknik pengerjaannya namun semangatnya kadang naik-kadang turun, maka orang seperti model ini lebih tepat diberikan dorongan (supporting) agar termotivasi melakukan pekerjaannya.
Begitu juga kepada orang kemampuannya pas-pasan harus diberikan pendampingan dalam bekerja (coaching) atau malah atau tipikal bawahan yang tidak perlu diapa-apakan kecuali diberikan kepercayaan untuk memegang tanggungjawab tertentu (delegating). Inilah jenis orang yang memiliki ketrampilan bekerja sekaligus semangat yang tinggi.
Situational Leadership sama dengan memberdayakan orang lain untuk mencapai kesuksesan. Aspek penting dalam memberdayakan orang lain dalam tim kita adalah dengan membantu mereka untuk menemukan tujuan hidup mereka selaras dengan visi bersama tim. Seperti halnya kita sebagai seorang pemimpin harus memiliki visi dan misi hidup. Demikian pula dengan seluruh anggota tim kita yang harus kita bimbing agar memiliki visi dan misi yang jelas dalam kehidupannya.
Panji sadar bahwa memberdayakan sesama merupakan proses lebih dari sekadar membantu atau memberi dorongan. Sesungguhnya tanggung jawab utama kita dalam membangun orang lain adalah dengan memberi teladan dalam kehidupan kita, yaitu etika kerja yang keras, tanggung jawab, karakter, keterbukaan, konsistensi, komunikasi, dan percaya pada orang lain. Karena harus menjadi teladan dulu, kita harus membangun diri kita sendiri terlebih dulu sebelum membangun orang lain.
Dalam catatan pribadinya, Panji menuliskan beberapa hal bisa dilakukan sebagai seorang pemimpin untuk memberdayakan orang-orang di sekitar kita. Diantaranya: menumbuhkan kepercayaan, memberikan visi dan harapan, menghargai prestasi sekecil apapun, mempercayai potensi yang mereka miliki dapat dioptimalkan dalam mencapai tujuan, memberikan dorongan, menunjukkan konsistensi, terbuka, memberikan waktu kita dan melatih sekaligus mengembangkan ketrampilan mereka.
Hari ini Panji mendapatkan banyak pelajaran. Dan perenungannya ini akan membawa pencerahan dalam organisasi yang dipimpinannya. Wah, Panji jadi ingat kantor dan teman satu timnya. Namun ia masih ada urusan di kampung halamannya ini. Berkunjung ke beberapa kerabat dan menyelesaikan urusan lainnya. ()