Hari ini adalah ke-4 kalinya dalam bulan ini saya menginjakkan kaki di Kota Pahlawan Surabaya. 2 kali diantaranya hanya transit di Bandara Juanda saat perjalanan menuju Denpasar. Selalu ada rasa yang berbeda ketika masuk ke kota ini. Rasa penasaran yang teramat sangat, kenapa kota ini disebut dengan Kota Pahlawan. Tentu ada sejarah yang kuat yang melatarbelakanginya.
Dalam perjalanan ini saya sedang semangat-semangatnya menjalankan tugas baru sebagai HR Business Partner yang meliputi wilayah kerja perusahaan dari Jakarta, seluruh Pulau Jawa hingga Bali dan Nusa Tenggara. Saya sedang membayangkan bagaimana divisi Human Resource bisa mencetak pahlawan-pahlawan bagi perusahaan.
Sembari menikmati perjalanan dengan pesawat Garuda, saya teringat dengan sebuah puisi Chairil Anwar: Diponegoro
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Seperti yang dirasakan Chairil Anwar yang tengah merindukan kehadiran pahlawan, merindukan sosok seperti Diponegoro hadir di masanya sekitar tahun 1943. Kita saat ini juga merindukan sosok pahlawan. Di saat krisis demi krisis yang melanda negeri ini.
Pahlawan juga kita rindukan untuk hadir di perusahaan yang kita cintai ini. Saat kerinduaan masa-masa kejayaan yang pernah kita raih kapan bisa kita rasakan kembali. Rindu akan kebersamaan, rindu akan saat yang membahagaikan ketika kita merasakan begitu bahagia kita bekerja. Dalam segala kondisinya.
Pertanyaannya, siapakah pahlawan yang kita rindukan hadir di perusahaan kita? Apakah seorang Direktur? Soerang CEO? Atau seorang atasan yang begitu memperhatikan kita?
Kita semua. Kita semua karyawan perusahaan ini adalah pahlawan. We are the company hero.
Hero bagi perusahaan ini adalah mereka yang memiliki karakter:
Dalam perjalanan ini saya sedang semangat-semangatnya menjalankan tugas baru sebagai HR Business Partner yang meliputi wilayah kerja perusahaan dari Jakarta, seluruh Pulau Jawa hingga Bali dan Nusa Tenggara. Saya sedang membayangkan bagaimana divisi Human Resource bisa mencetak pahlawan-pahlawan bagi perusahaan.
Sembari menikmati perjalanan dengan pesawat Garuda, saya teringat dengan sebuah puisi Chairil Anwar: Diponegoro
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Seperti yang dirasakan Chairil Anwar yang tengah merindukan kehadiran pahlawan, merindukan sosok seperti Diponegoro hadir di masanya sekitar tahun 1943. Kita saat ini juga merindukan sosok pahlawan. Di saat krisis demi krisis yang melanda negeri ini.
Pahlawan juga kita rindukan untuk hadir di perusahaan yang kita cintai ini. Saat kerinduaan masa-masa kejayaan yang pernah kita raih kapan bisa kita rasakan kembali. Rindu akan kebersamaan, rindu akan saat yang membahagaikan ketika kita merasakan begitu bahagia kita bekerja. Dalam segala kondisinya.
Pertanyaannya, siapakah pahlawan yang kita rindukan hadir di perusahaan kita? Apakah seorang Direktur? Soerang CEO? Atau seorang atasan yang begitu memperhatikan kita?
Kita semua. Kita semua karyawan perusahaan ini adalah pahlawan. We are the company hero.
Hero bagi perusahaan ini adalah mereka yang memiliki karakter: